Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara Lakukan Pelindungan Bahasa dan Sastra Tolaki   13 Oktober 2021  ← Back



Jakarta, Kemendikbud --- Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek. Sebagai UPT Badan Bahasa, Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara terus melakukan upaya-upaya yang sejalan dengan visi “terwujudnya insan berkarakter dan jati diri bangsa melalui bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara”. Untuk mewujudkan visi tersebut, Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara menetapkan misi untuk mengembangkan dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, salah satunya dengan melakukan inventarisasi kosakata bahasa Tolaki dan penelitian vitalitas sastra lisan Tolaki.

Inventarisasi kosakata bahasa Tolaki di Kabupaten Konawe dilaksanakan pada 21—28 Februari 2021. Kegiatan pengumpulan data kosakata dilaksanakan 10 hari di lapangan dengan mewawancarai masyarakat setempat. Kosakata yang dihimpun adalah kosakata yang dekat dengan masyarakat setempat, seperti kesenian dan kebudayaan, profesi, dan alat-alat yang dipergunakan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam adat. Setelah melalui proses penulisan dan edit, hasil inventarisasi kosakata di lokakaryakan dengan harapan bahwa kosakata yang dikumpulkan telah benar adanya dan masyarakat dapat mengetahui kosakata apa saja yang telah terdokumentasikan. Lokakarya hasil inventarisasi bahasa Tolaki dilaksanakan pada 1 Agustus 2021.

Sementara itu kegiatan penelitian vitalitas sastra lisan Tolaki melihat kondisi Kinoho, yakni salah satu jenis pantun Tolaki yang tergolong lama/tua, bahkan oleh beberapa penutur atau tokoh adat Tolaki, jenis pantun ini sudah tidak dikenali lagi. Pada tahun 2006, tim peneliti kantor Bahasa Sulawesi Tenggara melakukan kegiatan inventarisasi Sastra Lisan Sulawesi Tenggara di Desa Abuki, Konawe, dan menemui penutur Kinoho sekaligus mendata tuturan dalam bentuk lisan. Data tersebut selanjutnya dituliskan dan menjadi teks Kinoho yang terbit dalam bentuk buku hasil penelitian berjudul “Sastra Lisan Tolaki”, yang diterbitkan pada 2007.

Dari hasil pengamatan awal, hanya sebagian kecil masyarakat Tolaki yang masih menuturkan Kinoho, bahkan sebagian besar sudah tidak mengenal lagi istilah Kinoho. Hal yang sangat memprihatinkan ialah apabila ada potensi sastra daerah yang mulai ditinggalkan penuturnya karena jarang digunakan, maka menyebabkan sastra daerah tersebut terancam punah. Dalam bidang bahasa, ada beberapa bahasa daerah yang sudah punah. Tentunya sedapat mungkin kondisi ini tidak sampai terjadi pada keberadaan hasil-hasil sastra. Para pemerhati dan ahli bahasa serta pemerhati dan pakar sastra daerah telah menyuarakan kekhawatiran akan punahnya bahasa-bahasa daerah.
 
Keanekaragaman sastra merupakan bukti kekayaan bahasa-bahasa daerah. Salah satu cara penyebaran bahasa daerah ialah melalui penyebaran sastra. Oleh karena itu, karya sastra lisan harus diinventarisir, dilestarikan, dan dilindungi. Kondisi terancam punahnya Kinoho secara langsung akan memberikan pengaruh pada eksistensi sastra lisan Tolaki secara keseluruhan, mengingat suku Tolaki merupakan salah satu suku asli dengan penutur terbanyak di wilayah daratan Sulawesi Tenggara.
 
Kegiatan penelitian vitalitas kemudian dilakukan untuk melengkapi data dan menjadi penelitian lanjutan dari vitalitas sastra Kinoho yang telah dilakukan di Kota Kendari pada 2019 dan di Kabupaten Konawe pada 2020. Penelitian kali ini dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan karena diperkirakan sebagian penutur Kinoho berasal dari daerah ini. Dalam penelitian ini, terdapat 99 responden dengan jenis kelamin laki-laki  berjumlah 52 orang dan perempuan berjumlah 47. Mereka diminta mengisi data dalam kuesioner, antara lain status perkawinan, perkawinan campur etnis atau murni, latar belakang pendidikan, hingga penggunaan bahasa ibu, bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Dari penelitian vitalitas tersebut, ditemukan hasil bahwa kedudukan Kinoho di tengah masyarakat Tolaki di Konawe Selatan memprihatinkan, yakni mengalami kemunduran dan terancam punah.
 
Setelah mengetahui hasil vitalitas sastra lisan Tolaki, Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara menindaklanjuti dengan konservasi untuk memperoleh deksripsi secara utuh mengenai objek sastra lisan yang telah ditentukan. Pencarian data konservasi sastra lisan diharapkan dapat menghasilkan:
  1. data sastra lisan berupa deskripsi utuh meliputi struktur (teks, konteks, dan co-text) dan nilai dalam sastra lisan, data diri dan kondisi penutur termasuk proses pewarisan/pembelajarannya, serta kondisi lingkungan wilayah tutur sastra tersebut,
  2. hasil rekaman audio-visual pertunjukan sastra lisan dalam kondisi sealamiah mungkin seperti pada umumnya sastra lisan itu dituturkan, dan
  3. rekomendasi yang berisi tindakan-tindakan penyelamatan yang perlu dilakukan sebagai tindakan lanjutan dari konservasi, misalnya revitalisasi.
Selain itu, ada produk yang dihasilkan dari konservasi sastra lisan adalah laporan deskriptif sastra lisan, rekaman utuh pertunjukan sastra lisan, dan film dokumenter yang dapat dijadikan bahan promosi lembaga (opsional).

Hasil kegiatan konservasi sastra lisan, baik laporan deskriptif maupun rekaman audio-visual dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian atau penelitian bagi para peneliti dan akademis maupun masyarakat umum, bahkan ketika sastra lisan tersebut ternyata tidak dapat bertahan hidup/punah. Dalam kerangka kerja pelindungan sastra, hasil kegiatan konservasi sastra lisan dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar dalam kegiatan revitalisasi sastra.

Konservasi sastra lisan Tolaki yang dilaksanakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara  pada tahun 2021 dilakukan dalam bentuk perekaman audiovisual terhadap empat jenis sastra lisan Tolaki, yakni Anggo, Suasua, Taenango, dan KinohoUpaya pelindungan sastra lisan Tolaki dalam bentuk konservasi ini bertujuan agar generasi muda Tolaki khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya, tetap mengenal, merasa memiliki, dan dapat memetik manfaat dari keberadaan sastra lisan tersebut.

Rangkaian kegiatan Konservasi Sastra Lisan Tolaki diawali dengan perekaman suara di Studio RRI Kendari. Perekaman suara dimaksudkan untuk menghasilkan kualitas dokumentasi sastra lisan Tolaki yang baik. Para penampil  terdiri atas Altin Timbu dan Hija (penutur Kinoho dari Kec. Konawe), Heni dkk (penyanyi Suasua dari Kec. Konawe), dan Mustafa (pegambus dan penyanyi Suasua  dari Amesiu). Mereka melakukan perekaman suara  yang berlangsung sekitar empat  jam. Selanjutnya proses perekaman gambar dilaksanakan di Kelurahan Meluhu, Konawe.   

Rumah adat Laika Mbu’u menjadi tempat pelaksanaan syuting. Sebelum perekaman gambar dilakukan pementasan sastra lisan Tolaki disaksikan oleh  remaja dan orang-oran tua Meluhu.  Pementasan berlangsung meriah dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pementasan diawali dengan prosesi penyambutan tamu dengan menggunakan kalosara yang dipimpin oleh Altin Timbu. Dalam sambutannya, Ketua Tim Konservasi, Rahmawati, mengapresiasi prosesi penyambutan tamu yang sangat terhormat. Ia menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan, yaitu untuk memperoleh deksripsi secara utuh mengenai objek sastra lisan yang telah ditentukan.  Konservasi Sastra Lisan Tolaki merupakan salah satu upaya pelindungan sastra lisan Tolaki. Rekaman utuh pertunjukan dan film dokumenter dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi generasi penerus. Selanjutnya, diharapkan masyarakat lebih termotivasi  untuk memahami nilai yang terkandung dalam sastra lisan tersebut. Pada kesempatan yang sama, Anshari Hidayat  mewakili pemerintah Kelurahan Meluhu dan Altin Timbu selaku tokoh adat Tolaki menyampaikan selamat datang ucapan apresiasi kepada Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah menyelenggarakan konservasi sastra Tolaki. Setelah acara seremonial penyambutan, acara dilanjutkan dengan pementasan sastra lisan Tolaki. Para penampil  menyajikan pertunjukan yang sangat menarik.  Satu per satu sastra lisan ditampilkan dan selalu mendapatkan  sambutan hangat dari penonton.

Selanjutnya, sesuai rencana satu per satu sastra lisan Tolaki direkam. Taenang, salah satu sastra lisan Tolaki berupa epos kepahlawanan orang Tolaki dibawakan oleh Bapak Ajemain Suruambo.  Kepala Kelurahan Meluhu sekaligus tokoh adat Tolaki tersebut menuturkan kisah “Tebaununggu”. Setelah perekaman taenango, tim meninggalkan Meluhu menuju Unaaha  untuk pengambilan gambar pendukung. Salah satunya bertempat di Kompleks Makam Raja Lakidende.  .

Sastra lisan Tolaki Anggo direkam pada hari-hari berikutnya. Jamaluddin dan istri, Hasna, menuturkan Anggo di kediaman mereka, Besulutu.  Jamaluddin merupakan seorang tolea yang sering menuturkan anggo dalam acara perkawinan.  Selain sebagai tolea, ia juga cekatan menganyam rotan menjadi benda-benda perlengkapan adat Tolaki. Bersama Jamaluddin pula, tim konservasi menghadiri salah satu pesta perkawinan wargaKendari  dan dapat mendokumentasikan pelaksanaan pelantunan Anggo.

Selain bahasa dan sastra Tolaki, Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengadakan kegiatan inventarisasi kosakata bahasa Pulo di Wakatobi dan bahasa Ciacia di Buton Selatan. Kemudian dilakukan juga kegiatan pembinaan komunitas literasi di lembaga pendidikan maupun lembaga masyarakat. Pada tahun 2021 pembinaan komunitas literasi dilakukan pada Pesantren Tahfiz Ummul Qurra', SDN 9 Kota Kendari, MA Asy-Syafiiyah, MAN Insan Cendikia, Komunitas Gerakan Kendari Mengajar, Komunitas Dasa Wisma Teratai, serta pada anggota komunitas Ganda Gong, Pustaka Kabanti, Obat Manjur, dan Fraksi Sastra. (Desliana Maulipaksi/Sumber: Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 26496 kali