Revitalisasi Wayang Beber, Upaya Pelindungan Sastra Daerah Gunungkidul  26 Oktober 2021  ← Back

Kemendikbudristek, 26 Oktober 2021 – Seni wayang merupakan salah satu seni budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, termasuk masyarakat Jawa. Pada saat ini, pertunjukan wayang masih banyak dikenal oleh masyarakat di Indonesia, seperti wayang kulit dan wayang orang dengan mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata. Namun, sebenarnya masih ada jenis pertunjukan wayang yang sudah tidak begitu dikenal oleh masyarakat, yaitu wayang beber yang mengambil cerita Panji, yang masih eksis salah satunya di daerah Gunungkidul, Yogyakarta.
 
Di tahun 2021 ini, Balai Bahasa Provinsi DI Yogyakarta melakukan kegiatan Pelindungan Bahasa dan Sastra yang fokus pada Revitalisasi Wayang Beber di Gunungkidul, karena daerah ini masuk wilayah kerja Balai Bahasa Provinsi DIY. Revitalisasi ini bertujuan untuk melindungi wayang beber agar tidak punah. Selain itu, revitalisasi wayang beber ini memiliki peran penting untuk menjaga sastra daerah tetap hidup, memperoleh kembali hubungan antara bahasa dan seni wayang beber melalui cara penutur mempertahankannya, menggiatkan kembali tradisi komunitas wayang beber, menemukan fungsi baru dari seni sastra wayang beber, dan memunculkan generasi baru yang mampu memainkan wayang beber.
 
Kegiatan revitaliasi dilaksanakan melalui tiga tahap, yakni memetakan dan menguji vitalitas seni-seni budaya di DIY dengan menentukan Wayang Beber Remeng Mangunjaya, Gunungkidul, sebagai kesenian yang di dalamnya terdapat Bahasa dan sastra Jawa sebagai kesenian yang mempunyai nilai vitalitas kritis sehingga perlu dikonservasi dan direvitalisasi. Setelah itu. Dilakukan konservasi dengan cara merekam pentas wayang beber versi asli, baru kemudian merevitalisasi dengan melaksanakan pelatihan mendalang wayang beber versi revitalisasi.
 
Terdapat beberapa pihak yang terkait dengan proses revitalisasi wayang beber, yaitu: Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Kelurahan Bejiharjo, Karangmojo, Wonosari, Gunungkidul, Kelompok Wayang Beber Remeng Mangunjaya, Gunungkidul, dan Production House.
 
Dalam proses revitalisasi terdapat tantangan yang dihadapi, terutama adalah jadwal pelaksanaan yang tertunda karena PPKM level 4 dan level 3 di wilayah Gunungkidul. Hasil yang didapat sampai dengan bulan September 2021 adalah terlaksananya dua kali latihan untuk pentas dalam konservasi wayang beber Remeng Mangunjaya. Adapun pementasan tersebut dilakukan pada 23 September 2021, pukul 19.00--21.00, di Dusun Gelaran, Bejiharjo, Karangmojo, Wonosari, Gunungkidul, DIY.
 
Cara pementasan wayang beber berbeda dengan wayang kulit karena unsur pedalangannya memiliki kekhasan. Wayang disajikan dalam lembaran kain yang bergambar lakon-lakon wayang dengan cerita Panji. Lembaran tersebut dibentangkan atau dibeber dalam bahasa Jawa (semula digulung) supaya penonton dapat melihat gambar dalam cerita Panji itu. Bentangan kain tersebut ujung kanan kirinya diberi sebilah kayu Panjang sebagai penegang kain yang ditancapkan di sebilah kayu Panjang. Dalang kemudian menceritakan gambar-gambar tersebut sambil menunjuk gambar dengan sebilah kayu kecil.
 
Setiap satu lembar gambar menceritakan satu episode cerita Panji. Setiap selesai satu episode lembaran tersebut digulung lagi dan dimasukkan dalam kotak penyimpanan. Di belakang dalang ada pembantu dalang. Pementasan diiringi oleh sinden dan penabuh gamelan yang kurang lebih berjumlah lima orang.
 
Saat ini Wayang Beber yang dipercaya masih ada dan mempertahankan bentuk pedalangan serta cerita asli Panji terdapat dan tersimpan di dua tempat, yaitu di Desa Kedombol, Karang Talun, Pacitan, Jawa Tengah (Jaka Kembang Kuning) dan Dusun Gelaran, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, DIY (Remeng Mangunjaya). Wayang Beber Remeng Mangunjaya memiliki gambaran visual yang sederhana, bahkan terlihat sepi pada latar belakang kain wayang beber.
 
Banyak fitur gambar yang detailnya belum selesai, bahkan belum sempat disungging dan dibiarkan dalam bentuk outline garis hitam membentuk gambar figur tertentu, terutama binatang kecil (rase terbang). Penggambaran tokoh-tokohnya pun terkesan kurang konsisten antara satu jagong dengan jagong lainnya. Hal ini tampak memberi kesan visual bahwa wayang beber Gelaran Wonosari terasa lebih tua dibandingkan wayang beber Karangtalun, Pacitan. (Aline)
 
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4061 kali