Sumpah Pemuda, Duta Besar RI untuk Australia Dorong Mahasiswa Perkuat Diplomasi Antarnegara  29 Oktober 2021  ← Back

Canberra, 29 Oktober 2021  --- Pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di luar negeri merupakan aset penting yang dapat memperkuat hubungan Indonesia dengan negara mitra. Hubungan antarnegara dapat terjadi dalam beberapa tingkatan, seperti antarpemerintah (government to government), antarbisnis (business to business) dan antarmasyarakat (people to people). Dalam konteks hubungan luar negeri, hubungan antarmasyarakat yang baik antara dua negara dapat membantu mempererat hubungan antarpemerintah.

Hal tersebut diungkapkan Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Vanuatu, Kristiarto S. Legowo dalam Pelantikan Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia Periode 2021-2022. Pelantikan ini dilaksanakan pada Kamis, 28 Oktober 2021, bertepatan dengan Perayaan Hari Sumpah Pemuda ke-93.

Dubes Kristiarto, dalam pidatonya, mengingatkan mahasiswa bahwa mereka adalah kelompok elit yang mendapatkan kesempatan terbaik untuk bisa belajar di luar negeri. “Oleh karena itu, akan datang saatnya di mana Anda harus berkontribusi bagi bangsa dan negara. Salah satunya bisa dengan memperkuat misi diplomasi antarmasyarakat karena hubungan baik antar dua negara tidak hanya bergantung pada hubungan antarpemerintah, tapi juga hubungan antarmasyarakatnya,” terang Dubes Kristiarto secara daring di hadapan sekitar 250 orang mahasiswa aktivis dan pengurus PPI dari seluruh dunia.

Dilanjutkan Kristiarto, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2021 menemukan bahwa terdapat 8,31 persen penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas Indonesia yang berpendidikan tinggi. “Mayoritas warga kita, yaitu 65 persen, berpendidikan kurang dari SMP. Jika dilihat lagi, mereka yang berkesempatan kuliah di luar negeri, tentu jumlahnya akan lebih sedikit lagi,” tutur Kristiarto.

Kristiarto menegaskan, oleh karena itu, mahasiswa yang saat ini sedang kuliah di negeri orang, sesungguhnya merupakan bagian kelompok elit yang sedang mendapatkan privilese luar biasa. “Maka penting disadari bahwa hak istimewa ini juga harus dibarengi kewajiban moral berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara kita,” terang Kristiarto.

Dirinya mengimbau juga kepada para pemimpin PPI seluruh dunia untuk meneladani perjuangan para pemuda untuk mempersatukan tanah air, bangsa, dan bahasa di Indonesia. “Para pendiri bangsa kita, ketika itu, juga adalah orang-orang yang semangat menuntut ilmu. Mereka belajar di sekolah tinggi, bahkan sampai ke luar negeri. Namun, di tengah kesibukan belajar, mereka tetap meluangkan waktu untuk berpikir dan berbuat bagi negerinya,” ujar Kristiarto.

“Kita ingat pada awal tahun 1900-an, para pemuda dan pelajar berjuang agar suku-suku di Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, mau bersatu, mau mengikatkan diri pada tumpah darah yang satu, mau mengikrarkan diri sebagai bangsa yang satu, dan mau menjunjung tinggi bahasa yang satu yaitu Indonesia,” ungkap Kristiarto.

Kebulatan tekad untuk bersatu ditambah semangat persatuan yang kuat, lanjut Kristiarto, membuat perjuangan membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah menjadi semakin hebat. “Sehingga hari ini kita bisa bersyukur karena kita dapat menikmati buah perjuangan mereka, yaitu bisa hidup di alam kemerdekaan yang penuh kedamaian,” jelas Kristiarto.

Mahasiswa Indonesia di Australia Gaungkan Ikrar Sumpah Pemuda
Sementara itu, pada saat yang sama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra bersama PPI-Canberra dan Darma Wanita Persatuan (DWP), menyelenggarakan Upacara Sumpah Pemuda. Para mahasiswa dengan pakaian adat daerah masing-masing, jajaran Staf KBRI dengan berpakaian batik, serta para pengurus DWP bersemangat mengikuti upacara sampai selesai.

Mahasiswa bersama-sama membacakan Ikrar Sumpah Pemuda dalam kesempatan ini. “Dengan segenap kesadaran, mereka berikrar untuk bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu dan menjunjung tinggi bahasa yang satu, yaitu Indonesia,” ucap Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Mukhamad Najib yang menjelaskan bahwa mahasiswa tanah air yang terlibat dalam ikrar adalah mereka yang yang sedang kuliah di Australia National University (ANU) dan University of Canberra (UC).

“Sebenarnya banyak Mahasiswa Indonesia yang ingin bersama-sama mengikuti upacara, namun karena masih diterapkannya protokol kesehatan yang membatasi jumlah orang yang boleh hadir, maka hanya pengurus PPI Canberra saja yang bisa hadir secara luring,” papar Atdikbud Najib.

Atdikbud Najib melanjutkan, meski tidak seluruh mahasiswa bisa hadir langsung, itu sama sekali tidak mengurangi makna dan kekhidmatan acara. “Saya harap, Mahasiswa Indonesia di Australia kelak bisa menjadi agen perubahan yang bisa membawa kemajuan bagi Indonesia,” ujar Najib.

Saat ini, tambah Najib, Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek sedang melakukan investasi sumber daya manusia besar-besaran dengan berbagai kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, termasuk lewat pemberian kesempatan magang dan beasiswa di mancanegara.

“Tentu saya berharap, mahasiswa bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan menyadari bahwa ilmu yang mereka dapatkan nanti bukan hanya untuk diri sendiri. Mahasiswa harus ingat bahwa mereka sangat diharapkan kembali dan berkontribusi bagi Indonesia yang telah merdeka dari penjajahan oleh perjuangan para pahlawan,” pungkas Najib.







Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id    
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#SerentakBergerak
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 662/sipres/A6/X/2021

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 881 kali