Atdikbud RI di Washington, D.C. Dukung Warga Indonesia Studi Pendidikan Pengembangan SDM ke AS  11 Desember 2021  ← Back



Jakarta, 10 Desember 2021 --- Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Republik Indonesia di Washington D.C., Popy Rufaidah, menilai Indonesia amat membutuhkan anak-anak bangsa yang menekuni bidang Pendidikan pengembangan sumber daya manusia (SDM), guna menyambut bonus demografi dan menuju Indonesia Emas di 2045. Hal ini diungkapkannya pada saat menggelar rangkaian Webinar Bincang Karya (Bianka) ke-21 bertema Pengembangan SDM Pendidikan di Washington D.C. secara daring.
 
Ditengarai Popy, “Webinar Bianka digelar untuk meningkatkan minat para mahasiswa atau profesional Indonesia di bidang pendidikan untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat atau menjalin kerja sama riset pengembangan SDM dengan universitas-universitas mitra kami, seperti University of California, Berkeley dan Texas A&M University,” jelas Popy ketika dihubungi pada Kamis (9/12).
 
“Kami menantikan lebih banyak kerja sama dan diskusi dari universitas mitra kami,” harap Popy yang juga menyampaikan apresiasinya kepada pihak yang telah dengan konsisten mendukung keberlangsungan Bianka yang turut mendukung bergulirnya semangat Merdeka Belajar – Kampus Merdeka.
 
Bianka kali ini dipimpin Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, Maman S. Suherman dan turut dihadiri Kepala Divisi Seleksi dan Rekrutmen Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Kementerian Keuangan, Rumtini pada Selasa (30/11).
 
Disampaikan Rumtini, LPDP konsisten meningkatkan kualitas generasi muda bangsa melalui pemberian beasiswa termasuk untuk bidang studi pengembangan SDM pendidikan. “Ada tiga jalur beasiswa di tahun 2021, yaitu: Beasiswa Afirmasi yang meliputi beasiswa bagi penyandang disabilitas, daerah tertinggal, mereka yang dari keluarga prasejahtera, dan Beasiswa Santri. Sedangkan di kelompok targeted ada Beasiswa PNS, TNI/POLRI dan Beasiswa Kewirausahaan. Di kelompok ini ada program baru yaitu beasiswa bagi kader ulama. Yang ketiga kategori umum yang terdiri dari Beasiswa Umum, Perguruan Tinggi Utama Dunia (PTUD), dan beasiswa co-funding,” jelas Rumtini.
 
Pembicara pertama, Khalil Dirani, Associate Professor and Education Human Research Development (EHRD) Program Chair, dari Texas A&M University, memaparkan Program EHRD di kampusnya dan peluang karir yang dapat ditempuh lulusan program ini.
 
Terkait penerimaan mahasiswa, Khalil mengatakan pihaknya telah menghapus syarat Graduate Record Exam (GRE), suatu tes kemampuan akademik yang lazim dipersyaratkan kampus-kampus luar negeri bagi para pelamar. “GRE tidak diperlukan untuk program Master dan Ph.D karena menurut kami tidak ada korelasinya dengan performa mahasiswa,” jelas Khalil.
 
Perwakilan University of California (UC) Berkeley yang hadir malam itu, Tesha Sengupta-Irving, Associate Professor of Learning Sciences & STEM Education, menggambarkan program pasca sarjana bidang pendidikan yang ditawarkan universitasnya.

“Salah satu yang mencuri perhatian adalah program Joint Doc untuk program doktoral yang merupakan program kerja sama UC Berkeley dan San Francisco State University. Dua universitas ini merupakan pencetak para profesor di bidang pendidikan khususnya di California,” ungkap Tesha yang juga sedikit merinci mengenai besarnya biaya per tahun yang perlu dikeluarkan bagi mahasiswa.
 
Marcia C. Linn, perwakilan UC Berkeley lainnya, secara spesifik menguraikan riset Fakultas Pendidikan UC Berkeley. “Setidaknya ada empat tema riset yang ada, seperti: Menciptakan Kesetaraan Lebih Dalam, Memperluas Siapa yang Belajar, Menginovasi Desain untuk Apa yang Harus Dipelajari, serta Menentukan dan Mempersiapkan Pemimpin dan Pendidik Masa Depan,” tutur Marcia.
 
“Saya sangat senang berbagi wawasan dengan Anda terkait pekerjaan kami dan pada akhirnya nanti, memperkenalkan beberapa pengajar yang melakukan penelitian-penelitian di Berkeley. Saya sangat mendorong Anda berkolaborasi dengan kami. Kami sangat ingin membangun wawasan internasional tambahan tentang pendidikan. Kontribusi Anda akan sangat berharga,” ungkap Linn.
 
Hadir pula dalam kesempatan ini tiga mahasiswa Penerima Beasiswa LPDP. Salah satunya Nuzulul Isna, Alumni LPDP dan lulusan program doktor dari Texas A&M University bidang Pengembangan SDM Pendidikan. Isna berbagi tentang disertasinya yang berjudul ‘A Study of Teacher Development Program on Transfer of Learning in Indonesia.’
 
“Riset saya bertujuan mengevaluasi program pengembangan profesi guru melalui measure transfer of learning di Aceh. Salah satu fokus riset saya adalah menginvestigasi hubungan antara self-efficacy, training design, supervisor support, dan peer support terhadap proses transfer ilmu atau transfer training bagi para guru di lingkungan kerja mereka,” tutur Isna.
 
Tiga hasil riset Isna, dipaparkan dia, adalah semua faktor tersebut memiliki dampak yang cukup signifikan dan positif terhadap proses transfer ilmu, kecuali supervisor support, motivasi guru untuk mentransfer ilmu menjadi faktor yang signifikan untuk memediasi keempat faktor di atas terhadap kemampuan atau keinginan mereka untuk mentransfer ilmu di dalam kegiatan mengajar.
 
“Dari hasil analisis interaksi,  diketahui bahwa kegiatan pelatihan yang diikuti para guru berdampak positif terhadap peningkatan self-efficacy mereka dan terhadap dukungan atasan mereka,” terang Isna.
 
Meytty J. Pattikawa, Mahasiswa Program Master Texas A&M University, membagi alasan mengapa memilih mengambil program EHRD. “Saya memilih program ini karena adanya integrasi program, universitas yang merupakan research-based university, adanya agen jaringan yang tersebar, dan adanya first generation support,” tutur Meytty.
 
Meytty juga berbagi antusiasme risetnya. Pertama, adalah bidang pengembangan karier untuk mahasiswa. “Data BPS per 31 Mei 2021 menunjukkan bahwa lima tahun terakhir terjadi peningkatan angka pengangguran yang memiliki gelar pendidikan tinggi,” tutur Meytty yang sehari-hari berprofesi sebagai pemandu wisata. Oleh karenanya, Meytty mengusulkan rencana untuk mengatasi tantangan ini, seperti membentuk pusat karier di universitas yang membekali mahasiswa dengan keterampilan yang dibutuhkan agar siap terjun ke dunia kerja. “Seperti pelatihan pembuatan surat lamaran, salah satunya,” Meytty mencontohkan.
 
Meytty juga tertarik dalam bidang pelatihan dan pengembangan karier untuk usia dewasa yang tanpa ijazah SMA. “Melalui pelatihan vokasi yang efektif, saya harap, SDM yang tanpa ijazah ini dapat dibekali ketrampilan agar dapat mengelola sumber daya alam lokal di daerah mereka. Tentu pelatihan ini perlu dibarengi dengan monitoring dan pendampingan, serta didukung regulasi yang memberdayakan SDM lokal,” ucap Meytty.
 
Di sisi lain, Ratih Ayu Apsari, Mahasiswa Program Doktoral University of California Berkeley membagikan sedikit refleksinya setelah mengikuti perkuliahan selama satu semester. “Saya menjadi lebih percaya diri bahwa apa yang dipelajari selama ini di lingkungan sosial saya adalah sebuah pengetahuan yang benar. Saya juga merasa sangat diapresiasi di sini,” ujar Ratih.
 
“Kadang saya tidak bisa mendefinisikan diri saya dengan baik. Kadang saya tidak tahu apa yang menjadi minat saya sebenarnya kajian yang menarik dan baru di Amerika Serikat. Misalnya di sini etnomathematics, cultural funds of knowledge and cross-cultural epistemic diversity yang saya belum pernah saya pelajari, dan kemudian saya tekuni. Awalnya saya tidak menyangka, merasa biasa biasa saja. Tapi ketika itu diterjemahkan dalam istilah-istilah ilmiah dan diarahkan di pengembangan riset, ternyata bisa seperti ini,” ucap Ratih.
 
Rencana risetnya, lanjut Ratih, akan berkisar pada menari dan matematika, khususnya Tari Klasik Bali. “Tapi, proposal saya pasti akan banyak berubah karena pengetahuan baru yang saya dapatkan ke depan,” pungkas Ratih.
 
Sebagai informasi, rekaman siaran langsung Bianka Seri-21 dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka21.
 
Bianka terlaksana berkat kerja sama antara KBRI Washington, D.C. melalui Kantor Atdikbud RI,  LPDP, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).*** (Atdikbud Washington D.C./ Lydia Agustina/ Seno Hartono).
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3483 kali