Pemelajar Bahasa Indonesia Asal Amerika Serikat Unjuk Kemahiran Bangga Berbahasa Indonesia  02 Desember 2021  ← Back



Washington D.C., 2 Desember 2021  ---  Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Republik Indonesia di Washington D.C., Popy Rufaidah, mengungkapkan jumlah pemelajar bahasa Indonesia semakin meningkat di tiap semesternya dan berasal dari 35 negara bagian di Amerika. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme Warga Amerika Serikat mengikuti kegiatan unjuk kebolehan berbahasa Indonesia yang dihelat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington D.C.
 
“Kemahiran berbahasa Indonesia ditampilkan pemelajar Kelas Bahasa Indonesia yang diselenggarakan KBRI. Menariknya, acara ini diikuti peserta dari beragam latar belakang profesi. Ini menunjukkan Bahasa Indonesia diminati Warga Amerika dari berbagai kalangan,” tutur Atdikbud Popy pada Pembukaan Virtual Showcase Tingkat Mahir Musim Gugur 2021 dengan tema Bangga Berbahasa Indonesia pada Sabtu, (20/11). Acara dipandu dua pemelajar tingkat mahir, yaitu Warga Amerika Serikat Megan Marie Sie asal Carolina Utara dan Tyler Royer asal Columbus, Ohio.
 
Atdikbud Popy juga sangat bangga dan berterima kasih atas dukungan penuh dari berbagai pihak sejak awal program ini dimulai pada tahun lalu. “Terima kasih kepada Balai Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, para pengajar baik dari Alumni Fulbright maupun Consortium for Teaching of Indonesian (COTI), serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,” ujar Atdikbud Popy.
 
Diterangkan Popy, perbedaan waktu antara pengajar dan siswa adalah salah satu tantangan program ini. “Namun kami akan terus konsisten mengadakan kelas virtual ini agar dapat menjangkau seluruh negara bagian Amerika Serikat dan seluas-luasnya membuka kesempatan untuk belajar Bahasa Indonesia,” ujar Popy.
 
Ragam Penampilan Bahasa Indonesia Warga Amerika, Dari Puisi Hingga Demo Masak Bubur Ayam

Penampilan pada acara hari ini dibuka oleh Jan Di Girolamo yang bercerita tentang Legenda Candi Sewu, candi yang terletak di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. “Candi ini berkisah tentang Raden Bandung Bondowoso yang diminta membangun seribu candi dalam satu malam untuk mendapatkan cinta Dewi Roro Jongrang dari Kerajaan Tengger,” ucap Jan, guru seni di Illinois, dengan Bahasa Indonesia yang sangat fasih.
 
Mahasiswa asal Kota Meksiko, Leonardo Guiterezz, bercerita tentang legenda asal usul Meksiko, negara asalnya, dan arti dari bendera negara tersebut.
 
Scott Cheney-Peters, pegawai pemerintah asal Washington, D.C., menampilkan pertunjukkan boneka kaos kaki. Ia berkisah tentang seseorang yang akan mengunjungi Istana Merdeka di Jakarta, untuk mengikuti perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.
 
Megan Sie, peserta didik jenjang Sekolah Menengah Atas, yang didaulat sebagai pemandu acara, juga menampilkan ceritanya sebagai seorang Pemelajar Bahasa Indonesia. Ia berkisah tentang fabel “Serigala Berbulu Domba”. “Jika seseorang menggunakan kecerdasannya untuk hal buruk, maka dia tidak akan sukses begitu saja,” tutur Megan memaparkan pesan kisah ini.
 
Tyler Joseph Royer, yang juga menjadi pemandu acara, berpidato menggunakan Bahasa Indonesia dengan percaya diri menirukan gaya khas Presiden Soekarno.
 
Beberapa pemelajar, dalam kesempatan ini, juga membacakan kemahiran berpuisi. Anna Robles Gallego, perempuan asal Spanyol yang menetap di Amerika, membaca puisi berjudul ‘Beranilah!’ gubahan Noelia Morgana. Penampilannya begitu bersemangat sesuai judul puisinya.
 
Sementara itu, Cassia Artanegara, Desainer UX asal Negara Bagian California, membaca puisi berjudul ‘Eyang Kakung’. Dalam puisi gubahannya itu, ia menceritakan tentang perasaan ditinggalkan kakeknya untuk selamanya. Kata-kata dalam puisi ini begitu menyentuh para penonton yang menyaksikan secara daring.
 
Pengalaman tinggal di Indonesia mengilhami peserta lainnya, yaitu Nicole Choppin, seorang guru di Maryland. Nicole menulis puisi berjudul ‘Tanahku’. “Ini luapan rasa rindu saya kepada Indonesia sebagai tanah tempat tinggal yang paling saya sukai di seluruh dunia,” terang Nicole yang membacakan puisi penuh penghayatan.
 
Ilmuwan asal Maryland, Charles Stauft, menampilkan puisi berjudul ‘Suhu’. Puisi ini bercerita tentang pencak silat atau seni bela diri yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. “Kuda-kuda dapat diartikan sebagai cara berdiri, dan teknik adalah bagaimana cara kita menyelesaikan masalah,” tutur Charles.
 
Perancang grafis, Willie Earl Freer, menampilkan performa unik, di mana ia berperan menjadi tokoh Zainuddin yang diperankan oleh salah satu aktor terkenal Indonesia, Herjunot Ali, dalam film ‘Tenggelamnya Kapal van der Wijk’. “Film ini mengisahkan cerita cinta pilu Zainuddin dan kekasihnya Hayati,” ungkap Willie.
 
Penampil berikutnya, yang sontak mengundang gelak tawa penonton virtual, adalah Matt Koenig, pengembang laman, yang saat ini tinggal di Oregon. Ia menyuguhkan penampilan stand-up comedy dengan bercerita tentang pengalamannya bisa berbahasa Indonesia. “Sekarang, istri saya yang merupakan orang Indonesia, tidak bisa lagi bergosip tentang saya saat berkumpul dengan teman-teman Indonesianya,” kelakar pria yang mengidolakan komedian Jerry Seinfeld ini.
 
Acara juga dilanjutkan dengan penampilan seorang guru antirasisme, Andrew Suseno, bersama anak laki-lakinya yang tampil menyanyikan lagu Cicak-cicak di Dinding dan Naik Delman dengan bermain gitar. Keduanya kompak menyanyikan lagu anak-anak berbahasa Indonesia.
 
Guru Bahasa Prancis di New York, Guilhem, menyanyikan lagu salah satu musisi legendaris Indonesia, Iwan Fals, berjudul ‘Bongkar’ dengan suara khasnya.
 
Virtual Showcase kali ini juga menyuguhkan kemahiran empat peserta menyanyikan atau menyinden Langgam Jawa. Diterangkan Atdikbud Popy, kelas virtual ini telah dilaksanakan KBRI Washington, D.C., sejak musim gugur 2020.
 
Penampil pertama yang menyanyikan Langgam Jawa adalah Nicole Shyong, ahli kimia di Maryland. Nicole, yang juga pemain gamelan Jawa dan Bali ini membawakan ‘Bowo Podhang Kuning Slendro Sanga Langgam Podhang Kuning Pelog Nem’ yang menceritakan warna-warni kehidupan dua orang yang sedang jatuh cinta yang disimbolkan dengan kehidupan burung. Suara merdunya seketika menyihir para hadirin yang hadir virtual malam itu.
 
Tiga orang diaspora Indonesia juga ikut berpartisipasi. Mereka adalah Endang Saptorini, perempuan keturunan Jawa yang saat ini menetap di Virginia, Supri Yono yang bekerja di salah satu kanal berita Amerika Serikat, dan Evelinne Situmorang, seorang keturunan Suku Batak yang lahir dan besar di Jawa. Suara merdu mendayu-dayu mereka membuai penonton yang berada di Amerika maupun di Indonesia terhanyut.
 
Karen Lee, analis riset asal Washington, D.C. menyanyikan lagu berjudul ‘Kao Nak’. Lagu ini sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul ‘Gelisah’. Jemarinya terlihat begitu lincah memetik tiap senar gitarnya.
 
Paul Oman, seorang pengacara, menampilkan kemahiran berbahasa Indonesia dengan menyanyikan lagu ‘Denting Bel’ (Jingle Bells). Paul menyanyikan lagu tersebut dalam versi bahasa Indonesia disertai dengan kemahirannya memainkan Kecapi, alat musik tradisional dari Tanah Karo, Sumatera Utara.
 
Tak berhenti di situ, kemeriahan acara berlanjut dengan penampilan dari Tasia Mallombasang. Di penampilannya kali ini, siswa SMA ini bernyanyi lagu bertajuk ‘Jalan Tikus’ dengan ukulelenya.
 
Diterangkan perawat asal Carolina Utara, Hani Brooks, satu hal yang juga menarik dari Indonesia menurut orang Amerika adalah makanannya. “Saya berinisiatif mempraktikkan cara menggoreng kerupuk udang, makanan pendamping khas Indonesia,” terang Hani.
 
Sementara Qarina Raissa-Vashiti yang tinggal di Ohio unjuk kebolehan memasak bubur ayam. Dengan cekatan, wanita yang berprofesi sebagai manajer pemasaran ini menunjukkan cara memasak bubur yang biasa disajikan untuk sarapan ini. Ia bahkan membuatnya lengkap dengan cakue. “Ini adalah makanan yang cocok disajikan saat cuaca dingin,” tutur Qarina.
 
Video vlog perjalanan Janika Berridge, seorang konselor penerimaan dan pendaftaran (admissions counselor), sejenak mengajak penonton menjelajahi taman nasional di salah satu negara bagian Utah. Lewat videonya, Janika mengajak penonton mendaki, berkemah, dan menikmati pemandangan yang sebagian besar adalah tebing tinggi.
 
Para siswa kelas Bahasa Indonesia ini mengaku sangat menikmati program ini. Jan Di Girolamo mengatakan, “Saya belajar Bahasa Indonesia karena ingin kembali ke Indonesia. Saya senang sekali dengan orang Indonesia, karena orang Indonesia adalah orang yang paling baik di dunia,” tutur Jan.
 
Sebagai informasi, rekaman siaran langsung Fall 2021 Virtual Showcase Indonesian Language Class for Intermediate dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-inter-fall-2021.*** (Atdikbud Washington D.C./ Lydia Agustina/ Seno Hartono).
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2409 kali