Seniman Apresiasi Merdeka Berbudaya melalui Kanal Indonesiana  27 Desember 2021  ← Back

Jakarta, 24 Desember 2021 --- Sejumlah seniman menagpresiasi upaya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang telah meluncurkan Kanal Indonesiana. Sarana ini selain sebagai wadah ekspresi seni budaya bagi ekosistem budaya, juga berperan sebagai alternatif hiburan masyarakat pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) di rumah. Masyarakat dapat menikmati tayangan tersebut dengan mengakses IndiHome, di 200 untuk SD, dan 916 untuk HD-nya, atau streaming di: Indonesiana.TV.
 
Hal ini disampaikan Sutradara, Penulis Naskah, dan Produser Garin Nugroho, yang menilai bahwa Kanal Indonesiana dapat menjadi ruang keluarga digital untuk menghabiskan waktu bersama. Lewat Kanal Indonesiana katanya, warisan budaya hidup dalam ekosistem baru, dengan teknologi-teknologi baru yang terus  berkembang untuk mendukung keberlanjutan budaya.
 
“Kanal Indonesiana adalah ekosistem yang harus diperkenalkan kepada keluarga-keluarga Indonesia, ketika tayangan televisi lain menawarkan produk-produk konsumtif. Di era ini, Kanal Indonesiana dapat menjadi suatu kanal Merdeka Belajar Keluarga Indonesia, wahana di mana seni dan festival bisa dinikmati keluarga Indonesia lewat internet,” ucap Garin pada Silaturahmi Merdeka Belajar: Bahagia di Rumah dengan Tayangan Seni Budaya Indonesia, Kamis (23/12).
 
“Tayangan di Kanal Indonesiana selama pandemi luar biasa. Kemendikbudristek selalu bekerja membangun dan memberdayakan komunitas-komunitas, yakni komunitas media baru dan seni yang berbasis warisan budaya. Mungkin kita melihat Kanal Indonesiana sebagai fenomena hari ini, tapi di masa datang, Kanal Indonesiana akan menjadi perpustakaan besar yang nilainya amat tinggi,” jelas Garin.
 
Ia mencontohkan gelaran Festival Film Indonesia (FFI) yang rutin digelar setiap tahun. Hampir 300 film pendek dan ratusan film dokumenter ada di FFI. Ajang tersebut menjadi bukti kerja bersama berbagai pihak dalam membangun ekosistem budaya meski di tengah pandemi. Garin menilai, Kemendikbudristek telah berhasil memantik pemberdayaan kebudayaan di Indonesia. Bentuknya beragam, seperti mentoring dan lokakarya.
 
“Keduanya menciptakan suatu jaringan yang menghidupi kesenian di era pandemi. Kanal Indonesiana menjadi suatu sistem dan oase agar komunitas-komunitas seni punya ruang pembelajaran baru,” ungkap Garin yang yakin bahwa pengelolaan warisan budaya harus terus dibiasakan melalui pemanfaatan teknologi baru agar dapat bersaing secara global.
 
Berikutnya, guru sekaligus Pemenang Lomba Cipta Lagu Tradisi Nusa Tenggara Timur, Simon Lakimbeli, mengakui keikutsertaannya pada lomba itu sangat ia syukuri. Ia bangga ketika karyanya dapat dikenal publik melalui Lomba Cipta Lagu Tradisi NTT. “Bagi yang belum berkarya, mari segera bergerak. Bagi yang sudah berkarya, teruslah mengasah kepekaan. Karena warisan budaya sangat banyak dan kaya di sekeliling kita,” ajak Simon.
 
Semangat Simon melestarikan budaya NTT awalnya didasari kegelisahan melihat anak-anak di daerahnya lebih menyukai kesenian dari barat. Ia melihat peluang untuk melestarikan budaya khususnya bahasa daerah kepada generasi muda lewat lagu. “Lagu adalah wadah paling baik dan efektik untuk mengenalkan budaya. Contohnya adalah lagu saya yang menang itu, terdiri dari rangkaian puisi adat, bukan bahasa sehari-hari. Rangkaian puisi adat ini saya buatkan ke dalam lagu. Ketika lagu ini didengar anak-anak, mereka jadi terbiasa menyanyikannya,” urai Simon penuh keyakinan.
 
Selanjutnya, pegiat musik dan budaya serta Pelaksana Forum Manajemen Training Indonesia (FMTI) Danau Toba, Ojax Manalu, yang turut hadir dalam kesempatan ini, mengapresiasi keterlibatan Kemendikbudristek merespon komunitas-komunitas di daerah. “Ketika ruang sangat terbuka untuk komunitas-komunitas lokal berkontribusi, itu adalah salah satu peluang besar. Kita ingin membangun ekosistem budaya, dan saya melihat keterlibatan aktif komunitas-komunitas yang ada di daerah menunjang dan memperlihatkan potensi-potensinya agar ekosistem bisa secara masif bertumbuh dan berpusat di titik-titik kebudayaan tersebut,” tutur Ojax. 
 
“Program-program Kemendikbudristek sangat memicu dan memperkuat komunitas untuk bisa melakukan akselerasi dan memperkuat dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan tentang nilai-nilai dari kebudayaan itu sendiri. Program-program ini yang sebenarnya sangat diharapkan. Semoga program ini bisa masuk ke komunitas lebih masif lagi, bisa mendukung komunitas lebih berkembang lagi, dan mendorong da nmemperkuat sumber daya manusia di komunitas lokal,” terang Ojax.
 
Diakui Ojax, dirinya telah banyak berkolaborasi dengan Kemendikbudristek terkait seni musik. Apa yang diupayakan FMTI Danau Toba, ia anggap sebagai amanah yang diberikan Direktur Perfilman kepada masyarakat dan anak muda lokal di Sumatra Utara untuk mengelola sebuah festival musik besar di wilayah Indonesia Barat dan dikelola langsung oleh komunitas. “Ini bagus karena tidak hanya sebagai lipsync kebudayaannya, tetapi tantangan yang harus dijawab bersama. Kami menjawabnya dengan sebuah proses kebudayaan gotong royong,” urai Ojax.
 
Menyoal harapannya terhadap pemberdayaan dan penguatan musisi untuk memperkuat pemajuan kebudayaan Indonesia, khususnya dalam pemanfaatan Kanal Indonesiana, Ojax menegaskan, Kanal Indonesiana mendukung proses edukasi dan transfer pengetahuan bagi sumber daya manusia sektor kebudayaan. “Sumber daya manusia di komunitas kebudayaan itu belum merata. Jadi Kanal Indonesiana sangat baik mendorong munculnya peluang proses pendidikan, terutama kepada ruang-ruang yang lebih kecil, seperti di daerah-daerah terpencil,” tuturnya.
 
Kanal Indonesiana kata Ojax dapat memberikan akses melakukan publikasi kebudayaan sekaligus memperkuat sumber daya manusia sehingga memiliki jalurnya sendiri. Program penguatan budaya, menurutnya harus secara intens disosialisasikan ke daerah-daerah. Jika komunikasi bisa dijembantani dengan baik hingga ke daerah, banyak pihak yang bersedia terlibat untuk mengelola Kanal Indonesiana. 
 
“Kanal Indonesiana membuka kesempatan agar teman-teman di komunitas lokal di daerah kecil terlibat aktif, bukan hanya sebagai obyek, tapi terlibat aktif dan mendorong pemahaman atas kualitas “produk” itu sendiri. Kanal ini sangat baik untuk kami sebagai proses pembelajaran dan juga pastinya penonton yang melihat ini akan lebih lagi. Bagaimana Kemendikbudristek memfasilitasi kebudayaan-kebudayaan itu merata. Tidak lagi hanya pada satu sektor saja. Jadi ini sangat baik dan pantas dicoba untuk diproses lebih lanjut,” terang Ojax.
 
“Mari, masyarakat langsung mengapresiasi karya-karya yang ada dari rumah sendiri. Indonesia adalah rumah kita, jadi selayaknya kita harus mengapresiasi dan harus melihatnya lebih dalam lagi. Membangun keberagaman dan kepercayaan bahwa kita adalah Indonesia yang begitu besarnya,” pungkas Ojax di akhir perbincangan. (Lydia/Denty)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3159 kali