Tarik Minat Pelajar Indonesia Sekolah Informasi di AS, KBRI Washington D.C. Gelar Bincang Karya  13 Desember 2021  ← Back



Washington D.C., 13 Desember 2021 --- Tidak bisa dipungkiri, di era revolusi industri 4.0 ini, perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berjalan pesat. Tiap negara mengejar agar dapat bersaing di kancah global, termasuk Indonesia yang menyadari perlunya pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur TIK. Demikian disampaikan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) Washington, D.C., Popy Rufaidah.
 
Popy mengatakan, lewat rangkaian Webinar Bincang Karya (Bianka), Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) melalui Atdikbud, turut mendorong peningkatan kualitas SDM bidang TIK utamanya melalui program Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementerian Keuangan RI.  Dengan menggandeng LPDP Kemenkeu RI dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Atdikbud Popy berharap Bianka yang rutin digelar tiap minggunya ini dapat menjadi wadah pertukaran informasi dan memupuk kerja sama antara perguruan tinggi Indonesia dengan universitas terkemuka di Amerika Serikat.
 
“Saya berharap Bianka dapat membuka jalan komunikasi dan kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam bidang pendidikan dan riset, utamanya dengan Naval Postgraduate School dan University of North Texas,” harap Atdikbud Popy dalam sambutannya, Selasa (7/12). Bianka, ungkap Popy, berhasil menarik minat peserta yang dari beragam latar belakang seperti mahasiswa, profesional maupun pegawai pemerintah dan non pemerintah yang memiliki minat melanjutkan studi ke AS.
 
Acara tersebut dipandu Dekan Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas ITS (Institut Teknologi Sepuluh November), I Ketut Eddy Purnama, dan dihadiri Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso, berlangsung interaktif. Dwi yang juga merupakan lulusan salah satu perguruan tinggi di Amerika, mengatakan perlunya peningkatan SDM bidang TIK di Indonesia. “Di zaman sekarang ini, kami sadar bahwa segala sesuatu bergantung dengan TIK. Maka dari itu, LPDP akan terus memberikan dukungan pada bidang ini,” tegas Dwi.
 
Bianka, dilanjutkan Atdikbud Popy, juga digelar sebagai bentuk dukungan kepada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang digalakkan oleh Kemdikbudristek yang bertujuan menciptakan generasi muda Indonesia yang unggul dan Tangguh.
 
Dean of Research dari Naval Postgraduate School (NPS) yang berlokasi di Monterey, California, Jeffrey D. Paduan, memaparkan pihaknya fokus pada program studi magister dan doktoral. “Inilah yang membuat kami sedikit berbeda dari universitas lain. Selain itu, kampusnya juga hanya dikhususkan bagi para anggota militer yang tidak hanya datang dari Amerika sendiri melainkan juga dari seluruh negara mitra di seluruh dunia,” terang Jeffrey.
 
Terkait kerja sama riset, Jeffrey mengaku peluang ini terbuka lebar mengingat beberapa koleganya telah bekerja di Indonesia dan dirinya siap  jika diminta untuk menghubungkan. “Kuncinya adalah menemukan mitra yang tertarik untuk bekerja sama karena kerja sama akan lebih mengarah ke kolaborasi riset daripada masalah kurikulum. Jadi tergantung fakultas ke fakultas atau fakultas ke peneliti,” tutur Jeffrey.
 
“Tapi kami juga ingin menjalin kerja sama lebih banyak. Itu adalah cara yang bagus untuk membuat koneksi yang kemudian mengarah pada kerja sama riset dulu baru kemudian apakah memungkinkan mendatangkan mahasiswa,” jelas Jeffrey.
 
Pemakalah pertama pada Bianka ke-22 ini, Letnan Kolonel Bagus Jatmiko, adalah Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut yang merupakan penerima Beasiswa LPDP pada program studi doktor di NPS.
 
Letkol Bagus memaparkan pembelajarannya, bahwa perkembangan dunia militer saat ini bergerak dari hybrid warfare menjadi hyper warfare, yang merupakan gabungan antara kecerdasan buatan dan sistem militer atau sistem pertahanan nirawak di mana kemungkinan terjadinya konflik akan sangat cepat. “Keterpaduan antarinstansi dan pemangku kepentingan maritim Indonesia perlu ditingkatkan agar saling dapat bertukar informasi untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman di bidang maritim,” tambah Bagus.
 
Letkol Bagus menjelaskan, bahwa saat ini NPS tengah menggelar Multi-Institutional All Domain Command Control For Uxs (Unmanned Systems) di mana aplikasi operasionalnya bisa dimanfaatkan bidang maritim tanah air seperti memonitor praktik perikanan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (unregulated) yang marak di Indonesia. Mengakhiri paparannya, Bagus menegaskan Indonesia butuh lebih banyak ilmuwan pertahanan. “Kolaborasi antara NPS dan Indonesia sangat diharapkan,” tutur Bagus.
 
Sementara itu, Professor and Chair, Department of Information Science, University of North Texas, Jianping Chen, membagi informasi mengenai penerimaan mahasiswa internasional yang terus mengalami kenaikan dari segi jumlah. Ia juga memaparkan program menarik yang ditawarkan kampusnya. “NUT menyediakan beragam beasiswa yang dapat diberikan,” ungkap Jianping.
 
“Salah satu syarat kelulusan mahasiswa NUT adalah kewajiban menerbitkan artikel riset di jurnal ilmiah dan konferensi ternama mengingat mereka sangat menekankan adanya publikasi ini,” tutur Jianping. Dirinya juga menekankan bahwa kolaborasi riset dapat diwujudkan. “Pihak kami akan dengan senang hati memfasilitasi. Selain itu, kerja sama dapat juga berbentuk pertukaran mahasiswa antarnegara,” tambah Jianping.
 
Sementara itu, Pustakawan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Irhamni Ali, mahasiswa program doktoral di NUT, memaparkan risetnya tentang ilmu informasi dalam bidang pemerintahan khususnya terkait dengan data science dan penggunaan data oleh pemerintah dalam membuat kebijakan publik.
 
Irhamni, yang menerima Beasiswa Fulbright, mengatakan jika ilmu informasi sangat berperan dalam sektor pemerintahan, salah satunya adalah government informatics. “Ini adalah ilmu terapan yang menggabungkan antara ilmu pemerintahan dengan ilmu informasi. Mulai dari dari asal usul data tersebut, kemudian masuk ke proses mengoleksi, mengorganisasi, menyimpan, memulihkan, menginterpretasikan dan mentransmisikannya. Itu semua untuk kepentingan publik,” terang Irhamni.
 
Menurut Irhamni, kemajuan bidang TIK perlu dibarengi dengan kesiapan SDM yang memadai. Data scientists, desainer kecerdasan buatan, dan insinyur data, merupakan profesi yang ke depannya akan sangat dibutuhkan.
 
“ASN Indonesia harus bisa mempunyai pola pikir dekomposisi, pengenalan pola (pattern recognition), desain algoritma, serta abstraksi. Ini disebut kemampuan cara berpikir komputasi,” tambah Irhamni. Dirinya berharap, lewat Beasiswa LPDP, akan terjadi alih ilmu antara praktisi pemerintahan yang ada di Amerika dengan praktisi pemerintahan di Indonesia.
 
Sebagai informasi, rekaman siaran langsung Bianka Seri ke-22 dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka22. (Atdikbud Washington D.C./ Lydia Agustina/ Seno Hartono).
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3829 kali