Sekolah Penggerak Terapkan Pembelajaran Berbasis Proyek dari Kurikulum Prototipe  19 Januari 2022  ← Back

Bengkulu, 19 Januari 2022 --- Kurikulum Prototipe sudah diterapkan pada 2.500 satuan pendidikan yang tergabung dalam program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan pada tahun 2021. Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno, mengatakan salah satu karakteristik Kurikulum Prototipe adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Dalam implementasi Kurikulum Prototipe, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.

Supriyatno menuturkan, pembelajaran berbasis proyek dianggap penting untuk pengembangan karakter siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiental learning). “Mereka mengalami sendiri bagaimana bertoleransi, bekerja sama, saling menjaga, dan lain-lain, juga mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu,” kata Supriyatno dalam kegiatan Sosialisasi Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Bengkulu, Senin (17/1/2022).

Salah satu Sekolah Penggerak yang sudah menerapkan pembelajaran berbasis proyek yaitu SMP Negeri 30 Bengkulu Selatan. Pada semester satu di tahun pelajaran 2021/2022 lalu, SMPN 30 Bengkulu Selatan telah melaksanakan dua proyek terkait pembentukan karakter dalam Profil Pelajar Pancasila. Kepala SMPN 30 Bengkulu Selatan, Erma, mengatakan salah satu perbedaan yang nyata antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Prototipe adalah pada durasi jam pembelajaran. “Jadi berapa persen dari beban mengajar satu mata pelajaran harus dilaksanakan proyek Profil Pelajar Pancasila. Dalam satu semester di dalam program kami, proyek Profil Pelajar Pancasila ini sudah kami laksanakan dua kali, yaitu Suara Demokrasi dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Erma yang hadir dalam kegiatan sosialisasi kurikulum di Kantor LPMP Bengkulu.

Suara Demokrasi merupakan pembelajaran berbasis proyek berupa pemilihan dan pembentukan pengurus OSIS baru di SMPN 30 Bengkulu Selatan. Tujuan proyek ini adalah terbentuknya susunan OSIS yang baru dengan berdasarkan pada proses demokrasi yang berlangsung di sekolah sebagai bagian dari Profil Pelajar Pancasila. Sebagai proyek pertama dari pembelajaran berbasis proyek di SMPN 30 Bengkulu Selatan, Suara Demokrasi diselenggarakan secara meriah dengan dukungan penuh dari guru dan siswa, “Jadi memang kami laksanakan dengan meriah supaya terlihat ada sesuatu yang baru dari kurikulum Sekolah Penggerak. Kami juga buat tenda. Jadi anak-anak antusias untuk proyek,” kata Erma.

Ia menuturkan, hal yang paling berkesan bagi siswa dalam mengikuti Kurikulum Prototipe adalah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek. “Jadi untuk sistem pembelajaran atau metode kurikulum yang diterapkan pada Sekolah Penggerak, memang anak-anak belum paham. Tapi yang nampak dan bikin anak-anak antusias adalah hal-hal baik dalam pembelajaran berbasis proyek,” tutur Erma.

Proyek kedua yang sudah dilaksanakan SMPN 30 Bengkulu Selatan adalah Bhinneka Tunggal Ika. Proyek ini berupa pembelajaran di luar ruang kelas dengan melibatkan siswa dalam permainan-permainan. Erma mengatakan, permainan tersebut bertujuan untuk menyatukan ide para siswa sehingga tercapai tujuan bersama yang diinginkan. “Jadi guru-guru yang tergabung dalam kolaborasi proyek membuat suatu permainan yang membangkitkan rasa kebersamaan, bahwa kita berbeda tapi kita bersama-sama. Saya perhatikan dengan permainan tali temali, atau membuat menara, anak-anak sangat antusias,” katanya. Nilai-nilai yang ditekankan dalam proyek Bhinneka Tunggal Ika tersebut antara lain menghargai perbedaan, kerja sama, dan kemampuan berkolaborasi untuk mencapai tujuan.

Erma mengakui adanya keleluasaan yang diberikan oleh tim kurikulum dari pusat agar ia dan guru-guru bisa merancang proyek hingga bisa dilaksanakan. Melalui rapat dewan guru, SMPN 30 Bengkulu Selatan menyepakati bahwa dalam kurikulum operasional satuan pendidikan, pembelajaran berbasis proyek diberikan waktu khusus. “Kami ambil dalam satu tahun ini ada tiga proyek. Di semester 1 ada dua proyek. Kami beri waktu 10 hari untuk proyek Suara Demokrasi dan 10 hari untuk proyek Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Erma.

Ia juga mengapresiasi pemerintah pusat yang telah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kinerja sehingga bisa mendanai penguatan kompetensi para guru, baik pada saat verifikasi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun pembuatan modul. Dana BOS Kinerja digunakan untuk mengadakan pelatihan bagi guru, termasuk pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bengkulu, Sehmi, menyambut baik Kurikulum Prototipe yang memberikan keleluasaan pada guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Menurutnya, dengan situasi dan kondisi pandemi seperti saat ini, banyak aspek dalam kehidupan yang telah berubah, seperti SDM, sarana dan prasarana, serta aspek sosial lainnya, termasuk pendidikan. “Salah satu strategi yang paling jitu dalam pembelajaran adalah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi itu ada di kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing. Artinya yang memainkan peran dengan situasi itu adalah manajemen sekolah,” ujar Sehmi di sela-sela kegiatan sosialisasi kurikulum di Kantor LPMP Bengkulu.

Ia menjelaskan, selain kepala sekolah, pelaksana manajemen sekolah adalah guru, sehingga guru harus pandai melakukan inovasi untuk mencapai target-target pembelajaran. “Saya melihat dalam Kurikulum Prototipe itu ada ruang yang diberikan dari pemikir-pemikir kurikulum untuk memberikan keleluasaan inovasi bagi guru. Artinya peluang ini harus dimanfaatkan. Undang-undang pendidikan kita kan tetap, lalu dasar pendidikannya juga tetap, dan hasil yang hendak dicapai tetap. Tapi yang berubah kan strategi. Maka dari itu strateginya tergantung behind the gun, yaitu tergantung gurunya,” katanya.

Dinas Pendidikan Kota Bengkulu, lanjutnya, sering melakukan refleksi dan aksi dengan para pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Untuk guru SD, ia menekankan agar melakukan analisis pembelajaran setiap tematik, sedangkan untuk guru SMP harus melakukan analisis setiap kompetensi dasar. “Saya tidak mau melihat ada hasil yang tidak dilakukan dengan analisis. Kalau guru belum sampai kompetensi, maka harus melakukan perbaikan. Kalau sudah memenuhi kompetensi, maka harus dilakukan pengayaan. Dan itu harus dilakukan dengan aksi-refleksi, aksi-refleksi sampai target maksimal kita tercapai,” tegasnya.







Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar
#KampusMerdeka
#DemiKemajuan
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 22/sipers/A6/I/2022

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 20709 kali