Kemendikbudristek Terus Maksimalkan Keberlanjutan Pendidikan Generasi Muda ke Perguruan Tinggi  04 Februari 2022  ← Back

Jakarta, 4 Februari 2022 --- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong bibit muda unggul untuk dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi semaksimal mungkin. Dalam upaya mencapai hal tersebut dan memberi pemahaman kepada masyarakat, Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) yang diselenggarakan Kamis, (3/2), mengangkat tema “Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) bersama Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT)”.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Plt. Dirjen Diktiristek), Nizam menegaskan bahwa penentuan kelulusan seleksi masuk di perguruan tinggi selalu berdasarkan capaian akademik. Seleksi tersebut berdasarkan peringkat dan program studi (prodi). Adapun pemeringkatan itu juga bukan hanya rapor tapi juga prestasi. Bahkan, peserta itu sendiri dapat mengetahui hasil tesnya.

“Yang nilainya rendah diterima dan tinggi tidak diterima, kan itu tidak mungkin. Kalau ada info jalur belakang itu bohong. Kalau adik-adik sukses (maka harus) ukir prestasi di SMA agar sukses mengikuti tes, maka insyaallah akan diterima di perguruan tinggi impian,” ujarnya mengawali SMB yang digelar secara daring melalui kanal YouTube Kemendikbud RI.

Lebih lanjut, Dirjen Nizam mengingatkan ketatnya persaingan dalam ujian di mana ada perbandingan yang jauh sekali antara peserta yang diterima dengan peserta yang mendaftar. Rasio peserta yang diterima menyesuaikan dengan jumlah ketersediaan bangku di perguruan tinggi.

Merespons stigma di masyarakat bahwa yang mampu membayar uang kuliah lebih tinggi maka akan diprioritaskan untuk diterima di perguruan tinggi, Nizam membantahnya. Ia justru mengimbau agar orang tua mengisi data sesuai dengan kondisi riil. “Misalnya mampu Rp5 juta jangan ditulis Rp50 juta. Dan ini tidak berdampak pada diterima atau tidaknya. Tetapi akan menjadi penentu besaran uang kuliah yang akan dibebankan ke orang tua,” tegasnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Budi P. Widyobroto menjelaskan bahwa LTMPT  membantu para Rektor untuk mendapatkan calon mahasiswa yang unggul. Pertama melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), kedua yakni jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di mana keduanya memiliki persyaratan yang berbeda. Selain itu, juga ada jalur ketiga yaitu jalur mandiri.

Melengkapi pernyataan sebelumnya, Ketua LTPMT, Mochamad Ashari menyampaikan, LTMPT berfungsi untuk mempermudah calon mahasiswa dalam mencari atau mendaftar di kampus pilihannya. Sementara bagi perguruan tinggi, keberadaan LTMPT adalah untuk membantu para rektor mendapatkan bibit generasi muda unggul di perguruan tinggi.  

LTMPT saat ini membantu proses seleksi untuk 74 PTN, 39 politeknik negeri, 11 perguruan tinggi keagamaan. “Kalau tidak ditata dan masing-masing melakukan tes sendiri maka akan rumit dan mahal sekali bagi adik-adik. Melalui LTMPT kita bantu untuk dilakukan serentak se-Indonesia,” ungkapnya.

Ashari mengatakan bahwa kriteria untuk menentukan kelulusan bisa berbeda di setiap PTN. Ia menambahkan, LTMPT di sini berperan membantu PTN dalam pelaksanaan seleksi mahasiswa baru. “Kita menerima data, mengolah data, kemudian mungkin ada kriteria tambahan dari PTN.”

Lebih lanjut, Ketua LTMPT menerangkan, setidaknya ada dua hal yang menentukan kelulusan yaitu indeks pribadi dan indeks sekolah. “Indeks pribadi yaitu termasuk rapor, prestasi yang diterima, ini akan di-scoring. Indeks sekolah adalah pemetaan sekolah, ada data (mapping) sekolah. Jadi dari nilai UTBK dirata-rata dari satu sekolah dalam tiga tahun terakhir, kemudian di-rangking setiap tahunnya dan kita ambil nilai tertinggi dari sekolah mana dan seterusnya,” tutur Ashari. Adapun pertimbangan lain adalah jenjang sertifikat prestasi yang memiliki siswa.

“Ini cukup adil (fair) untuk menyamakan nilai rapor. Belum tentu jika salah satu anak dalam peringkat rapor di sekolah adalah peringkat atas namun kita bisa lihat dari prestasi yang dimiliki sebagai nilai tambahannya. Misalnya ada yang sama-sama mendapat nilai Matematika 9, di SMA yang peringkatnya paling tinggi tadi kita scoring 100 persen dan yang di bawahnya betul-betul 90 persen. Jadi ada indeks sekolah yang digunakan, dan ada beberapa kriteria lainnya. Misalnya untuk sertifikat internasional juara 1, 2, ada scoring-nya,” imbuh Ashari.

Kelulusan siswa dalam seleksi juga ditentukan oleh prodi yang dipilihnya. Jika pilihan prodinya di kampus yang tingkat kompetisinya tinggi maka siswa dengan nilai yang lebih rendah akan mudah tergeser dengan nilai siswa lain yang lebih bagus. Jadi memang ada beberapa parameter yang menyebabkan keberhasilan.

“Mohon untuk dipelajari oleh adik-adik. Khusus untuk memilih prodi saat SNMPTN harus diteliti dan dipelajari dulu betul-betul pilihan yang benar-benar disukai. Jika minat adik-adik tidak besar, jangan dipilih karena akan mengurangi peluang (kuota) bagi orang lain yang betul-betul berminat pada prodi itu. Ukur diri sebaik mungkin,” pesan Ashari.  

Pendaftar Jangan Salah Pilih Jurusan

Direktur LTMPT menjelaskan bahwa jalur SNMPTN secara teknis yakni mengundang hanya siswa kelas 12 yang berprestasi untuk mendaftar di perguruan tinggi negeri. Budi mengingatkan agar siswa memiliki akun di LTMPT dan sekolah harus memastikan bahwa data siswa-siswanya telah dimasukkan dengan benar pada Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) agar siswa bisa mendaftar SNMPTN.

“Jadi makanya hati-hati bagi adik-adik yang pemilihan program studi dan sebagainya, itu betul-betul yang disenangi sesuai minat (passion) sehingga jangan sampai sudah diterima di jalur SNMPTN kemudian nanti tidak didaftar ulang atau tidak mendaftar ke perguruan tinggi maupun program studi yang tujuan yang sudah diterima,” tekannya. Informasi lebih lanjut, masyarakat dapat mengakses laman https://ltpmt.ac.id.  

Sementara itu, untuk SBMPTN kata dia, prinsipnya kelulusan peserta ditentukan oleh hasil tes. Adapun tes yang dilaksanakan mencakup Tes Potensi Skolastik (TPS), Bahasa Inggris, dan Tes Kemampuan Akademik (TKA). Metode tes adalah UTBK. Kelompok ujiannya yaitu saintek atau soshum atau campuran. Peserta hanya diperbolehkan mengikuti satu kali ujian.

“Untuk UTBK SBMPTN ini prinsipnya boleh diikuti dari tiga angkatan yakni angkatan yang lulus dan dua angkatan yang lulus di dua tahun terakhir,” jelasnya.

Ketua LTMPT mengatakan, Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) pada SBMPTN tahun ini dilaksanakan setelah Idulfitri. “Kami berharap agar bisa menambah kenyamanan adik-adik semua, itu dari sisi waktu. Kemudian dari alat-alat, kita sudah lengkapi dari tahun lalu, sudah menyiapkan dan didistribusikan komputer-komputer untuk menambah kapasitas ada di 74 lokasi sekitar 53.000 unit,” jelasnya.

Dari sisi perangkat lunak, LTMPT telah melakukan banyak pengembangan seperti adanya dashboard untuk koordinasi internal supaya lebih mudah. Bagi pendaftar yang memilih seni budaya dan olah raga di mana perlu mengunggah portofolio maka kita tambahkan identifikasi sertifikat atau penghargaannya supaya lebih mudah bagi evaluator. Ini akan mengefektifkan, jadi hasilnya akan lebih presisi dan lebih efektif, Sehingga prestasi adik-adik akan dihargai dengan sebaik-baiknya,” lanjut dia.

Menanggapi kekhawatiran calon mahasiswa yang masih bingung memilih prodi yang tepat, Dirjen Nizam menjawab. “Yang paling penting, anak-anak sekalian harus membuka mata dan pengetahuan secara luas atas apa yang kalian cita-citakan. Tanya kakak-kakak dan orang-orang di sekitar yang sudah berhasil sudah lulus dari perguruan tinggi, latar belakangnya seperti apa. Jangan bertanya kepada yang sama-sama baru mau mendaftar,” pesan Dirjen Nizam seraya mengingatkan Sahabat Dikbud bahwa kesuksesan di masa depan tidak bergantung pada pilihan prodi tertentu saja, melainkan lebih kepada bagaimana kita mengembangkan dan terus menggali potensi diri.

“Salah satu yang kita lihat dari pengalaman, banyak mahasiswa salah pilih prodi. Dia memilih prodi yang tidak sesuai dengan passion dan harapan. (Oleh karena itu), anak-anak yang tadinya salah pilih jurusan atau prodi, bisa ambil mata kuliah dari prodi lain sehingga memperkaya dan melengkapi passion-nya melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di perguruan tinggi,” terang Nizam.

Melalui MBKM, mahasiswa pada jenjang semester lima ke atas bisa mengambil kesempatan belajar dari ‘kampus kehidupan’. Mahasiswa, kata Nizam, terjun langsung ke dunia profesi. Menurutnya, semester lima ke atas adalah saat yang tepat bagi mahasiswa untuk menimba pengalaman di dunia profesi yang akan dimasuki nanti. “Mahasiswa dapat menentukan mau jadi asisten peneliti atau wirausaha, atau magang di perusahaan-perusahaan start up, misalnya. Lalu yang ingin kerja di BUMN, bisa magang secara penuh satu semester di BUMN. Banyak sekali peluang bagi mahasiswa memilih masa depan dan mencoba berbagai hal,” urainya.

Dirjen Nizam menyebut, perguruan tinggi yang sudah menerapkan MBKM jumlahnya di atas dua ribu dari total tiga ribu perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kemendikbudristek. Merujuk Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), sudah lebih dari satu juta mahasiswa mengikuti program MBKM di tahun 2021 lalu.







Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar
#BersamaHadapiCorona
#DemiKemajuan
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 42/sipers/A6/II/2022

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4011 kali