Ini Kata Guru dan Kepala Sekolah Soal Kurikulum Merdeka  06 April 2022  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek --- Kebijakan Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menarik perhatian dan menyedot dukungan berbagai pihak. Salah satu pihak yang paling merasakan manfaatnya adalah guru dan kepala sekolah.

Mereka adalah Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pontianak, Yuyun Yuniarti dan Guru SD Negeri 5 Rabangodu Utara, Erdin Putra Fajar yang merupakan perwakilan dari guru yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar di sekolahnya. Sebagai kepala sekolah, Yuyun merasakan dampak dari implementasi Kurikulum Merdeka. Nampak dari proses pembelajaran di sekolah di mana pembelajaran terasa lebih bermakna, terpusat dan berpihak pada siswa.

“(Kami) tidak aneh lagi dalam suatu pelajaran melihat siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi sesuatu yang mereka ketahui kemudian menyampaikan dalam presentasi, berbagi dengan teman-temannya. Lalu, guru-guru dapat melakukan asesmen diagnostik, mereka juga berkolaborasi dengan guru yang lain untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh seorang anak,” ungkap Yuyun.

Berikutnya, Guru SD Negeri 5 Rabangodu Utara, Erdin Putra Fajar juga menyampaikan beragam manfaat yang ia rasakan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolahnya. Terutama dalam hal intensitas guru dalam berdiskusi mengenai perangkat ajar.

“Dulu kami tidak intens berdiskusi, tapi setelah penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka kami semakin intens untuk melakukan pelatihan di sekolah (in-house training), kadang berdiskusi di luar in-house training, menentukan langkah-langkah apa saja yang harus kami persiapkan untuk diterapkan nanti di dalam kelas,” terang Erdin.

Dampak penerapan Kurikulum Merdeka terlihat pula bagi peserta didik. Erdin mengatakan, proses pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik. Ada ruang yang tersedia untuk bereksplorasi dengan cara yang disukai siswa. Guru menyiapkan proyek, siswa yang melakukan diskusi.

“Karena pada dasarnya siswa memiliki karakteristik berbeda, ada yang lebih cenderung menyukai visual, kinestetik, ada yang auditori. Sehingga saya perlu memahami pembelajaran yang berdiferensiasi,” pungkas Erdin.* (Esha/Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3459 kali