Cone Kustarto Arifin, Nakhoda SMK Pemadu Seni dan Teknologi  29 Juli 2022  ← Back



Surabaya, Kemendikbudristek - Seiring bergulirnya industri kreatif di Indonesia, pemanfaatan teknologi dan seni dalam penciptaan produk seni menjadi alternatif untuk menghasilkan inovasi baru. Tanpa terkecuali dalam penciptaan karya kriya. 
 
Praktik baik inilah yang coba ditularkan oleh Kepala SMKN 5 Malang, Jawa Timur, Cone Kustarto Arifin, kepada guru dan murid di sekolah yang ia pimpin. Cone mengawali dengan memadukan seni dan teknologi dalam karya kriya berupa radio vintage, yang kini menjadi salah satu produk andalan dari SMKN 5 Malang.
 
Dengan praktik tersebut, sang pimpinan berharap ke depan para lulusannya memiliki karakter yang inovatif dan kreatif, sehingga bisa mengambil peluang dari sektor industri kreatif yang akan terus bertumbuh di Indonesia.
 
"Saya hanya mengacu pada kompetensi abad ke-21, salah satunya sudah tidak zamannya lagi kerja sendiri. Akan tetapi, harus kerja sama. Pasalnya,  dengan kolaborasi akan muncul spesies atau produk baru yang mungkin belum muncul di tempat lain,” kata Cone di sela-sela gelaran Mahakarya Vokasi, “Vokasiland : Road to Harteknas 2022” di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur (29/7).
 
Dalam pameran tersebut, SMKN 5 Malang yang dipimpin Cone, memamerkan motor gede (moge) bertenaga listrik yang terbuat dari kayu. Moge yang dirancang dengan tema vintage kekinian tersebut juga merupakan hasil kolaborasi jurusan-jurusan yang ada di SMKN 5 Malang. Misalnya, jurusan kriya kayu untuk ukiran pada bodi moge, serta desain dari ukiran yang dirancang oleh siswa jurusan animasi.

Selain moge listrik vintage, Cone juga membawa produk kriya lain berupa kotak musik dari kayu, dan radio vintage yang unik dan menyita banyak perhatian dari para pengunjung. Radio vintage yang memiliki banyak fungsi, termasuk untuk karaoke, ini juga merupakan kolaborasi antarjurusan. Karena keunikannya, pengunjung pameran bahkan langsung memesan radio vintage tersebut.
 
"Tadi sudah laku oleh pengunjung dari Kadin. Kemudian mereka pesan lagi, tetapi dengan penambahan beberapa fitur. Jadi, akan kami lengkapi lagi,” jelas Cone.
 
Sejak memimpin SMKN 5 Malang pada September lalu, Cone memang langsung tancap gas. Apalagi, pamor SMKN 5 Malang sebagai salah satu sekolah seni kriya di Malang sempat redup.
 
 “Dulu sempat jaya, tetapi kemudian redup. Ya, mungkin karena anak muda mulai jarang yang ingin menekuni dunia ukir-ukiran,” kata Cone.
 
Bersama para guru, Cone kemudian membentuk tim pengembang untuk menganalisis dan memperbaharui visi dan misi sekolah yang dinilai sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. 
 
“Menurut saya, sebuah keniscayaan bagi SMK saat ini untuk mencetak generasi terbaik dengan kualitas SDM yang unggul yang memiliki sifat-sifat kreatif, inovatif, melek teknologi, dan terampil Makanya, SMK harus berinovasi, berkolaborasi, kreatif, dan tidak lupa berkolaborasi terkoneksi dengan berbagai pihak,” terang Cone.
 
Cone kemudian memberikan tagline baru pada salah satu sekolah yang menyandang status SMK Pusat Keunggulan (PK) untuk bidang industri kreatif tersebut, yakni, Sekolah Kreatif Anak Muda.
 
 “Jadi, semuanya di sini harus kreatif. Kepala sekolahnya harus kreatif, gurunya harus kreatif, apalagi muridnya harus kreatif apa pun nanti yang akan mereka pilih. Misalnya wirausaha, mereka tetap harus memiliki kreativitas,” kata Cone.
 
Untuk menumbuhkan kreativitas dan jiwa kewirausahaan siswa, prinsip Merdeka Belajar diaplikasikan di sekolah tersebut, salah satunya melalui pembelajaran berbasis proyek (project base learning/PBL). Para siswa membuat radio vintage yang dipesan oleh masyarakat dengan beragam tipe, spesifikasi, serta keinginan pelanggan.
 
“Karena radionya custom, jadi ya harus sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan calon pembeli. Akan tetapi, dari situlah siswa akan belajar untuk terus berkreasi agar produk yang mereka ciptakan benar-benar diterima baik oleh pelanggan,” kata Cone.
 
Di samping itu, Cone juga memperkuat jejaring kolaborasi dengan berbagai pihak demi menghasilkan lulusan SMK yang memiliki daya saing. Salah satunya dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singasari yang memang ditujukan untuk pengembangan sektor ekonomi kreatif. “Apalagi, kami di sini konsentrasinya memang industri kreatif,” tambah Cone.
 
Dengan berbagai upaya yang sudah dilakukan, Cone berharap siswa SMKN 5 Malang dapat mengambil bagian dalam geliat perkembangan industri kreatif yang sedang berkembang di Indonesia. (Tim Vokasi)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1573 kali