‘Motor Hantu’ dan Kompresor Tanpa Suara Tampil pada Pembukaan Gernas BBI Sulbar  30 Juli 2022  ← Back



Mamuju, 30 Juli 2022 --- Layaknya ponsel, kunci kontak kendaraan adalah salah satu barang yang hampir selalu dibawa ke mana pun kita pergi. Namun karena ukurannya yang relatif kecil, terkadang “kehilangan kunci” menjadi masalah yang lumrah terjadi di kalangan pengendara. Berangkat dari hal tersebut, muncul ide dari Edi Susilo, SMKN Labuang, untuk memodifikasi kendaraan bermotor agar bisa diaktifkan melalui ponsel pintar.
 
Dalam Pembukaan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) pada 29 Juli 2022, Edi hadir bersama siswa-siswanya untuk memamerkan hasil kerja mereka. Satu unit sepeda motor yang telah dimodifikasi dihadirkan dalam stan mereka. Sekilas tak ada yang berbeda pada sepeda motor tersebut, namun siapa yang mengira motor tersebut ternyata bisa dinyalakan hanya dengan ponsel pintarnya. Karena itu, ia menyebutnya “Motor Hantu”.
 
“Karena masyarakat sekarang itu lebih cenderung tidak ketinggalan HP daripada kunci motor. Pasti kalau ini (ponsel) ketinggalan, sudah gelisah,” jelas Edi tentang alasannya menciptakan ide tersebut.
 
Dari sana, pengembangan sepeda motor pun dimulai pada awal 2021. Salah satu perlengkapan yang menjadi kunci adalah perangkat mikrokontroler yang digabungkan dengan teknologi bluetooth agar bisa terhubung dengan ponsel pintar. Bersama keempat siswa dari jurusan pemrograman dan elektronika, mereka mengerjakan proyek ini saat jam pelajaran maupun sepulang sekolah. Membutuhkan waktu dua hari untuk merakit alat tersebut hingga terpasang di sepeda motor. Selain untuk menyalakan mesin, pada aplikasi tersebut juga terdapat menu untuk mematikan mesin, membunyikan klakson, hingga alarm untuk alasan keamanan.
 
Edi mengaku sudah mengaplikasikan alat ini di sepeda motornya selama satu tahun dan sejauh ini berjalan baik. Ternyata,  ia telah mengembangkan motornya untuk bisa dinyalakan selain menggunakan aplikasi, juga dengan sensor suara.
 
Tak jauh dari Motor Hantu, terdapat “Kompresor Tanpa Suara”. Kompresor (alat pompa udara) yang diklaim oleh Dahlan, guru dari sekolah yang sama, mampu meminimalisir kebisingan sehingga lebih senyap dibanding kompresor dengan bahan bakar. Idenya berawal karena merasa terganggu dengan suara mesin kompresor terutama jika dinyalakan pada malam hari.
 
“Jadi (kompresor) biasanya kan berisik sekali. Kemudian kalau pekerjaannya belum selesai, tapi sudah malam, mau dinyalakan kompresornya, berisik, sehingga kami berpikir kalau mereka pakai kompresor tanpa suara, bisa menyelesaikan pekerjaannya,” tuturnya.
 
Lalu bersama lima siswanya, Dahlan membangun kompresor dengan memanfaatkan barang bekas, mulai dari komponen mesin penyejuk udara hingga tabung gas freon yang sudah tak terpakai. Semuanya dirakit secara hati-hati bersama timnya. Pengelasan pun dilakukan di bengkel milik Dahlan sendiri.
 
Karena menggunakan komponen mesin bekas penyejuk udara ukuran 1 PK, kompresor ini diklaim Dahlan lebih hemat listrik dan mampu dibangun dalam waktu satu hari. Kompresor ini merupakan pengembangan sejak 2019, di mana generasi sebelumnya sudah muncul di 2013 dan akan terus disempurnakan. (Shahwin Aji/Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1348 kali