Rasa Bangga Punya Pancasila, Kemendikbudristek Gelar Festival Generasi Pancasila  01 Juli 2022  ← Back

Jakarta, 1 Juli 2022 --- Pusat Pendidikan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), mengajak masyarakat berpartisipasi dalam Festival Generasi Pancasila. Ajang ini digelar dalam rangka memeriahkan Hari Lahir Pancasila, Hari Keluarga Nasional, dan Hari Anak Nasional.

Menyasar generasi muda Indonesia, acara yang akan dilaksanakan pada 5 Juli 2022 ini menjadi puncak kampanye Puspeka yang bertajuk “Pelajar Pancasila Bangga Punya Pancasila”. Acara yang akan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI, jam 10.00 WIB ini nantinya diharapkan dapat memaksimalkan sosialisasi nilai-nilai Pancasila sehingga tersebar secara menarik dan lebih masif kepada khalayak luas.  

Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Puspeka, Hendarman, menyampaikan apresiasi kepada peserta yang telah berpartisipasi dalam kampanye digital sebelumnya. “Semoga Sahabat Dikbud dapat menyampaikan berita baik apabila di lain kesempatan ada wadah dan acara yang memberi kita kesempatan untuk berkreasi,” tuturnya dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) “Pelajar Pancasila Bangga Punya Pancasila” yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis (30/6).

Menyambung besarnya peran generasi muda sebagai penyampai pesan yang efektif bagi sesamanya, praktisi komunikasi, Dian Aris Maulana mendorong para pelajar untuk menjadi ‘mentor’ yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. “Kita yang harus menguasai digital, bukan digital yang menguasai kita,” tekannya yang turut mendukung gerakan kampanye digital Puspeka dengan melibatkan generasi muda penyuka media digital.

“Kampanye media digital ini sangat bisa dihubungkan dengan orang tua karena ketersambungan tersebut akan lebih membuka peluang anak dalam mengekspresikan nilai-nilai Pancasila. Eksplorasikan bakat anak kita melalui kegiatan yang disukainya,” ujar Aris menggarisbawahi pentingnya peran orang tua dalam proses pembelajaran nilai-nilai positif kepada anak-anak seperti toleransi, keagamaan, interaksi sosial, dan lain-lain.

“Teman-teman saat ingin mengomunikasikan rasa bangga terhadap Pancasila di media sosial, juga harus diimbangi dengan praktik baik di dunia nyata. Salah satu yang bisa kalian lakukan adalah kita berteman dengan siapapun, tidak berpikiran tertutup, mudah bergaul, terbuka atas ide dari orang lain, kita menoleransi perbedaan,” tutur Aris lebih lanjut. Dengan demikian, orang-orang di sekitar juga dapat melihat para Pelajar Pancasila ini sebagai teladan yang baik.

Sebagai orang yang aktif bermedia sosial, Khairunisa, siswi kelas XII dari SMAN 1 Majene, Sulawesi Barat mengungkapkan kendala yang dihadapi saat berkampanye. “Tantangannya justru datang dari orang yang kita ajak bicara karena tidak semua orang merespons positif pesan yang kita sampaikan. Saya katakan pada diri saya bahwa jangan karena satu orang yang tidak suka lalu kita berhenti untuk menyampaikan pesan positif,” pesan Nisa, sapaan akrabnya.

Ia bercerita, sebelum menerapkan Profil Pelajar Pancasila, dirinya mencari tahu dulu makna nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Praktik nilai-nilai tersebut ia rasakan saat mengerjakan tugas/projek dari sekolah di mana di situlah ia bersikap kreatif dan bernalar kritis. Selain itu kata Nisa, siswa juga bisa menerapkan nilai kemandirian di kelas seperti saat tidak ada guru maka siswa-siswa bisa belajar mandiri tanpa harus bergantung pada guru.  

Peran Ekosistem Pendidikan Menentukan Pemahaman Nilai-nilai Pancasila bagi Pelajar

Hartland Rahayu Fransisca yang mendampingi Gilbert anaknya pada kesempatan ini bersyukur dengan peran sekolah yang mengenalkan Pancasila dengan metode yang umumnya disukai anak-anak, yakni mewarnai. “Saya bersyukur di sekolahnya Gilbert, TK Xaverius 2 Jambi, diajarkan Pancasila melalui gambar-gambar dengan cara mewarnai tempat ibadah, mewarnai lambang Pancasila, dan saat perayaan hari besar keagamaan sekolah merayakan bersama dengan prokes ketat, saat perayaan Hari Kartini anak-anak menggunakan pakaian adat daerah secara lengkap, di akhir tahun ajaran ada pentas seni yang menampilkan kesenian daerah,” jelasnya yang menekankan penting untuk menanamkan nilai kebinekaan sejak dini melalui praktik langsung.

Senada dengan ini, Plt. Kapuspeka membenarkan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila. Namun, hal itu tidaklah cukup karena kenyataannya butuh upaya yang lebih keras, luas, dan masif. “Penanaman nilai-nilai Pancasila bukan semata tanggung jawab sekolah. Dalam proses pembentukan karakter harus melibatkan orang tua apalagi di usia PAUD sangat menentukan. Mari kita menjadi bagian dari proses pendidikan anak-anak,” imbau Hendarman.

“Sekolah harus menjalin komunikasi yang bagus dengan orang tua. Masyarakat juga harus menjadi bagian dari pendidikan. Keteladanan sangat penting di mata anak-anak karena bagaimana kita mau mengajarkan anak kita jika kita justru menunjukkan sikap yang tidak patut dicontoh/diteladani. Mari, kita juga mengawasi lingkungan sekitar kita dan jika menemukan hal yang tidak baik, kita saling mengingatkan,” lanjut Kapuspeka memberi penguatan agar proses penanaman karakter bisa lebih mengena bagi generasi muda dan berlangsung secara berkelanjutan.

Puspeka mengembangkan wadah konten dalam kampanye penguatan karakter. Fungsinya kata Hendarman adalah sebagai sarana informasi, penyadaran bagi masyarakat, penyebarluasan (imbauan), dan pembentukan budaya. “Inilah yang perlu kita lakukan ke depan, sinergi antar semua ekosistem pendidikan adalah kuncinya,” tegas dia.

Aris Maulana sebelum mengakhiri, membagikan tipsnya dalam menguatkan kampanye penguatan karakter dan meminimalisir hoaks. Menurut dia, sinergi ekosistem pendidikan harus solid. “Di sekolah, para guru dapat menjelaskan dan mencontohkan Bangga Punya Pancasila kepada peserta didik. Lalu, orang tua juga mendapat sosialisasi dari sekolah. Dengan demikian, karakter anak-anak ketika bermasyarakat maupun ketika bermedia sosial sudah punya pondasi yang kuat tentang Pancasila yang berasal dari keluarga dan sekolah,” pungkas Aris.





Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar
#CerdasBerkarakter
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 375/sipers/A6/VI/2022

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 807 kali