SDM yang Literat untuk Kelangsungan Hidup di Abad ke-21  24 September 2022  ← Back



Garut, Kemendikbudristek --- Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek, Hafidz Muksin, menekankan bahwa literasi saat ini tidak hanya dipandang sebagai kegemaran membaca dan menulis, namun perlu dipahami sebagai kemampuan berbahasa yang mencakup kegiatan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara yang dipadukan dengan kemampuan berpikir seperti mengakses, mengeksplorasi, mengidentifikasi, memproses, memperhitungkan, mempertanyakan, memahami, menginterpretasi, dan mengevaluasi.  
 
“Literasi membekali seseorang untuk memiliki kemampuan mengekspresikan, menciptakan, dan mengomunikasikan seluruh ilmu pengetahuan yang didapat dan dicernanya. (Inilah yang disebut) Literasi masa kini dalam abad 21 yaitu harus memiliki kemampuan memahami dan memanfaatkan hasil bacaan dan menulis untuk kecakapan hidup,” ujar Hafidz, Rapat Koordinasi Pembudayaan Literasi yang berlangsung di Garut, Kamis (22/9). 
 
Hafidz menekankan bahwa literasi penting untuk mewujudkan sumber daya manusia unggul di abad ke-21, yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.  “Literasi mendukung perwujudan profil Pelajar Pancasila yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; kebinekaan global; gotong royong;  kreatif; bernalar kritis; dan mandiri,” pesan Hafidz.
 
Kehilangan Pembelajaran dan Kehilangan Literasi
 
Hasil temuan dari studi “Kesenjangan Pembelajaran” yang dilakukan oleh program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) dan Kemendikbudristek menunjukkan bahwa telah terjadi kehilangan pembelajaran (learning loss) dan kehilangan kemampuan literasi (literacy loss) yang signifikan dan siswa mengalami putus sekolah. Selain itu, berdasarkan hasil Asesmen Nasional tahun 2021, secara umum menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa, kurang dari 50 persen siswa yang telah mencapai batas kompetensi minimum untuk literasi membaca.
 
Oleh karenanya, salah satu upaya untuk memulihkan pembelajaran dan literacy loss adalah melalui ketersediaan buku bacaan dan modul literasi numerasi. Buku-buku tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat baca mereka dan menjadi buku pendukung pembelajaran. Sedang ketersediaan modul literasi numerasi sangatlah penting, karena dengan modul ini siswa dan guru akan sangat terbantu dalam memfasilitasi proses belajar mengajar. “Menjadi sangatlah penting untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran,” tegas Hafidz.
 
Upaya yang dilakukan Badan Bahasa melalui program prioritas literasi kebahasaan dan kesastraan adalah melalui penyediaan buku bacaan untuk tingkat PAUD dan SD. Pada tahun 2022 telah dicetak 500 judul buku bacaaan sebanyak 12.159.182 eksemplar yang dikirimkan ke 7.609 satuan pendidikan di daerah 3T. Pencetakan dan pengiriman buku-buku literasi tersebut juga diikuti dengan pendampingan pemanfaatannya, untuk meningkatkan minat baca dan pembelajaran siswa yang lebih optimal.
 
“Penyediaan buku-buku bacaan yang menarik dan berkualitas dilakukan untuk mengatasi kehilangan pembelajaran dan kehilangan literasi, ditambah lagi dengan pendampingan pemanfaatan buku bacaan kepada siswa,” pungkas Hafidz. (Septian, Denty A./Editor: Meryana A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3080 kali