Membahas Manfaat yang Dirasakan FMIPA Universitas Sriwijaya dengan Hadirnya Praktisi Mengajar  06 Desember 2022  ← Back



Palembang, Kemendikbudristek --- Program Praktisi Mengajar diluncurkan sebagai Merdeka Belajar episode ke-20 pada 3 Juni 2022. Program yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini, mendorong kolaborasi aktif praktisi ahli dengan dosen juara agar tercipta pertukaran ilmu dan keahlian yang mendalam dan bermakna antar sivitas akademika di perguruan tinggi dan profesional di dunia kerja.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sriwijaya (Unsri) merupakan salah satu fakultas yang memanfaatkan program Praktisi Mengajar, utamanya pada program studi Ilmu Kelautan. Menurut Wakil Dekan I bidang Akademik FMIPA Unsri, Hasanudin, program Praktisi Mengajar memberi beragam manfaat bagi pembelajaran.

Bagi pria yang kerap disapa Hasan ini, dengan adanya Praktisi Mengajar di tengah proses pembelajaran mendorong terjadinya pertukaran informasi dan berbagi pengalaman dari pihak industri maupun lembaga riset yang terlibat. Ia mengatakan, dosen yang selama ini pengetahuannya terbatas pada kegiatan mengajar dan meneliti, kini memiliki wawasan yang lebih terbuka terhadap dunia luar.
“Pertukaran informasi tersebut membuka peluang untuk riset bersama,” demikian disampaikan Hasan saat dikunjungi di Kantor Pusat Administrasi, Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatra Selatan, Senin (5/12).

Demikian pula bagi bagi mahasiswa, lanjut Hasan, jika biasanya di kelas hanya mendapat seputar teori dengan praktik yang minim, dengan adanya Praktisi Mengajar membuka perspektif baru tentang gambaran dunia kerja. Pengetahuan baru tersebut dinilai sebagai pembangkit semangat mahasiswa untuk segera menyelesaikan studinya. “Tadinya, mahasiswa pada prodi MIPA ini tidak tahu mereka akan ke mana setelah lulus nanti. Tidak termotivasi, karena tahunya kalau sudah lulus dari MIPA paling mengajar les,” tuturnya..

Salah satu Praktisi Mengajar yang bekerja sama dengan FMIPA Unsri, Freddy Supriyadi, menyampaikan kegembiraannya karena bisa terlibat dalam program. Ia menyebut, bisa berbagi pengalaman dengan mahasiswa sangatlah menyenangkan. Ia merasa perlu untuk berbagi pengalaman yang didapatkannya di dunia kerja kepada mahasiswa yang nantinya juga akan terjun setelah lulus.

Freddy yang merupakan alumni Prodi Ilmu Kelautan FMIPA Unsri ini tak tanggung-tanggung dalam berbagi pengalaman kepada mahasiswa. Ia yang bekerja sebagai ASN di Balai Riset Perikanan Perairan Umum Dan Penyuluhan Perikanan, Sumatra Selatan ini mengajak mahasiswa Ilmu Kelautan Unsri untuk praktik menggunakan alat yang disebut Echosounder untuk mengamati suara dari bawah air. Alat tersebut ia pinjam dari kantornya dan dibawa ke kelas untuk ditunjukkan cara kerjanya kepada mahasiswa.

“Ada satu pertemuan di kelas, dan di kantor ada peralatan, itu saya bawa ke kelas, untuk tahu apa saja alat bantu pekerjaan. Mahasiswa sangat senang sekali,” ujar Freddy.

Ucapan Freddy ditanggapi antusias oleh salah satu mahasiswa prodi Ilmu Kelautan Unsri, Jeni Meiyerani. Mahasiswa semester 5 ini mengaku kebingungan saat mendengar mata kuliah dasar-dasar akustik. Ia sampai mencari makna kata tersebut di kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). “Di KBBI akustik artinya bunyi, tapi bunyi yang seperti apa saya masih belum tahu,” ujarnya.

Namun setelah belajar teori dan didukung dengan alat yang ditunjukkan Freddy, Jeni menjadi jauh lebih memahami ilmu yang ia dapatkan pada mata kuliah tersebut. “Kami baru paham saat Pak Freddy membawa alat echosounder yang dimasukkan ke kolam, dan kami jadi tahu bagaimana cara mendeteksi sonar ikan,” kata Jeni.

Dari Freddy pun Jeni jadi lebih tahu akan menjadi apa setelah lulus dari prodi Ilmu Kelautan. Begitu pula dengan ragam pekerjaan yang mungkin bisa dilakoni dengan bekal ilmu yang didapatkannya di kampus. “Jadi pandangan kami tidak lagi sebatas kalau lulus menjadi guru les seperti yang disampaikan Pak Hasan tadi,” imbuhnya.

Dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar akustik, Fauziyah, mengatakan, adanya Freddy dan rekan lainnya dari program Praktisi Mengajar memungkinkan mahasiswa dapat melihat dan Belajar menggunakan alat yang harganya mahal. Fauziyah menyadari keterbatasan kampus dalam memfasilitasi peralatan praktik guna mendukung pembelajaran. “Dengan adanya praktisi mengajar ini, mahasiswa bisa melihat langsung alat yang harganya miliaran, dan mereka tidak hanya belajar teori tapi juga langsung praktik,” katanya.

Fauziyah menambahkan, program Praktisi Mengajar memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan ilmu secara utuh, karena ada teori dan praktik yang menunjang. Apalagi untuk ilmu kelautan yang merupakan ilmu terapan. Selain itu, program yang diinisiasi kementerian ini menguntungkan bagi kampus dari segi anggaran. “Dengan adanya MBKM, anggaran fakultas tidak berkurang, tapi mahasiswa dapat ilmu tambahan,” katanya. (Aline Rogeleonick)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1376 kali