Transformasi Digital Bantu Guru Senior Akselerasi Pembelajaran  06 Desember 2022  ← Back



Palembang, Kemendikbudristek --- Pandemi Covid-19 yang menghampiri dunia sejak awal 2020 memaksa pemerintah, pendidik, dan tenaga kependidikan melakukan penyesuaian terhadap proses belajar mengajar. Ragam teknologi yang hadir sebagai alat bantu, di awal mendatangkan tantangan yang cukup berat bagi para pendidik, terutama yang usianya sudah tidak muda lagi.

Salah satu guru dari SMP 6 Xaverius, Palembang, Petrus Widodo, menceritakan bagaimana perjuangannya untuk beradaptasi dengan teknologi, sejak awal pandemi. Berbagai platform dicoba untuk mencari platform mana yang paling membantu dan paling mungkin digunakan baik oleh guru maupun siswa. “Mau tidak mau kami belajar sendiri, mulai dari mengenal Google Classroom, sampai sekarang sudah menggunakan media sosial seperti Instagram, Tik Tok, hingga YouTube,” ujarnya saat dijumpai di SMA Negeri Sumatera Selatan, Palembang, Selasa (6/12).

Pria yang akrab disapa Widodo ini mengaku awalnya menggunakan platform tidak berbayar yang memiliki fitur interaksi dua arah,Google Meet, namun hasilnya kurang memuaskan. Ia menyebut anak didiknya banyak yang belum paham terhadap materi yang disampaikan melalui platform tersebut. Tak putus asa, Widodo terus mencari media lain yang bisa digunakan dan diputar berulang-ulang. “Lalu kami para guru ini kenal dengan YouTube, dan akhirnya kami membuat video yang bisa dilihat berulang-ulang. Ternyata, anak-anak senang,” tuturnya.

Widodo mengatakan, kehadiran teknologi tidak hanya memudahkan dalam urusan pembelajaran, tapi juga sangat membantu dalam urusan pengolahan data. Ia membandingkan, kalau dulu dalam mengolah data masih sebatas penggunaan kalkulator, sekarang dengan aplikasi tertentu proses olah data hanya membutuhkan waktu sebentar. “Sekarang tinggal edit sebentar sudah selesai. Sumber belajar jadi jauh lebih luas, dan kami para guru dimudahkan dalam memberikan pembelajaran pada anak-anak,” ucapnya.

Dengan teknologi pula, tambah Widodo, memungkinkan guru untuk menempatkan diri lebih dari sekadar pendidik bagi anak didiknya. Teknologi mampu meruntuhkan rasa takut siswa terhadap guru, karena sekarang guru bisa berperan sebagai pendidik, fasilitator, sekaligus teman diskusi bagi siswa. Begitu pula dengan penggunaan gawai bagi siswa, Widodo mengaku saat ini siswa lebih fleksibel dalam menggunakan gawai selama di sekolah. Banyak bahan ajar yang memang membutuhkan gawai untuk diunduh.

“Jadi anak tidak lagi takut seperti dulu, bisa bercanda yang penting pesannya bisa diterima,” tandasnya.

Pengalaman tentang transformasi teknologi juga disampaikan oleh Kepala SD Xaverius 1 Palembang, Sr. Modesta HK, yang saat ini sudah menggunakan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Ia mengaku, banyak hal yang bisa dipelajari dan diunduh di PMM. Percepatan digitalisasi pun sangat pesat terjadi di sekolahnya, didukung dengan adanya guru-guru penggerak yang aktif. “Sekolah kami adalah sekolah penggerak angkatan kedua, gurunya aktif, dan percepatan digitalisasi sangat dimungkinkan,” tuturnya.

Ia juga mengungkapkan, di awal pandemi seluruh warga sekolah belum ada yang mengenal platform semacam Google Meet. Namun seiring waktu dan kebutuhan, sekarang platform tersebut sudah sangat terkenal di kalangan siswa dan guru. “Saya kagum, semua bisa pakai Google Meet,” ucapnya.

Upaya memfasilitasi pembelajaran dengan teknologi juga dialami oleh SMA Negeri Sumatera Selatan. Berperang dengan segala keterbatasan, kepala sekolah dan guru di SMA ini mencoba berbagai platform yang paling mungkin digunakan seluruh warga sekolah yang sejak pandemi kembali ke rumah masing-masing yang tersebar dalam 17 kabupaten/kota di Sumatra Selatan. “Dan yang paling bisa dipakai semua anak adalah dengan WhatsApp,” tutur guru SMA N Sumatera Selatan, Handayani.

Ia menambahkan, saat ini pandemi sudah berangsur pulih dan proses pembelajaran di sekolah sudah mulai berjalan. Namun demikian, penggunaan teknologi di sekolah-sekolah di Sumatra Selatan tetap berjalan, bahkan semakin kuat guna mendukung pembelajaran. (Aline Rogeleonick)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1012 kali