31 Pekerja Migran Indonesia di Singapura Meraih Gelar Sarjana di Universitas Terbuka  27 Juli 2023  ← Back

Singapura, 25 Juli 2023 – Tiga puluh satu pekerja migran Indonesia di Singapura meraih gelar sarjana dan diwisuda secara hibrida di Aula Sekolah Indonesia Singapura, Siglap Road Singapura, pada 16 Juli 2023. Wisuda yang pertama kali dilaksanakan kembali di Singapura setelah pandemi ini dihadiri oleh 28 mahasiswa secara daring serta tiga orang mengikuti prosesi wisuda secara daring.

Prosesi wisuda dipimpin secara langsung oleh Ketua Senat Akademik Universitas Terbuka (UT), Chanif Nurcholis, didampingi oleh Wakil Duta Besar/Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura, Sulistijo Djati Ismojo, Atase Pendidikan & Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Singapura, IGAK Satrya Wibawa, serta Direktur UT Layanan Luar Negeri, Pardamean Daulay.

Tiga puluh satu wisudawati ini berasal dari dua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Hukum & Ilmu Sosial Politik. Tiga wisudawati terbaik berasal dari Fakultas Ilmu Hukum & Ilmu Sosial Politik dari jurusan Sastra Inggris dan Penerjemahan dengan rata-rata IPK di atas 3,6. Jumlah mahasiswa UT Kelompok Pelajar (Pokjar) Singapura saat ini adalah 174 orang dengan pertambahan mahasiswa baru rata-rata per semester 30 orang.

Mayoritas mahasiswa UT Pokjar Singapura adalah pekerja migran Indonesia yang bekerja di sektor domestik. Selain itu, ada juga mahasiswa yang berasal dari pelaut yang bertugas di Singapura. Dari sekitar 250 ribu warga Indonesia yang tinggal di Singapura, sekitar 150 ribu orang adalah pekerja migran di sektor domestik, homecare dan perkapalan.

Dalam kesempatan itu, Atdikbud Singapura turut memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh wisudawati, “Kami mengapresiasi para pekerja migran Indonesia yang memilih untuk kuliah di sela waktu mereka yang hampir tiap hari bekerja,” ujar Atdikbud IGAK Satrya pada acara Wisuda Pekerja Migran Indonesia di Singapura, Minggu (16/7).

“Para pekerja migran ini merencanakan jalan hidup mereka dengan matang karena dengan ilmu yang mereka dapat nantinya akan dapat meningkatkan kualitas hidup serta karir ke depan,” tambah Satrya.

Para mahasiswa UT pokja Singapura ini selain bekerja juga ada yang menekuni profesi lain secara sambilan, seperti fotografer, koresponden media di Indonesia, perias, serta profesi lain yang ditekuni di sela pekerjaan rutin mereka seharian. “Bayangkan, manajemen waktu para mahasiswa UT ini luar biasa. Mereka dapat mengerjakan banyak hal di sela padatnya waktu mereka. Ini yang jarang ditemukan pada mahasiswa di universitas lain,” puji Satrya.

Salah satu wisudawati terbaik, Dian Rizky Oktasari, menyatakan rasa haru dan bangganya. “Kami memilih untuk kuliah lagi. Menyisihkan dana, mengatur waktu, untuk belajar, mengerjakan tugas, ujian. Bahkan terkadang, kami memilih belajar bersama pada hari libur kerja. Tapi itu pilihan sadar kami demi masa depan,” tutur Dian yang menekuni program S1 jurusan Sastra Inggris bidang minat Penerjemahan.

Lebih lanjut, Dian yang meraih IPK 3,75 ini mengajak kawan-kawan sesama pekerja migran untuk menempuh pendidikan di UT, karena menurutnya pendidikan adalah modal utama dalam mencapai masa depan yang berbeda.

Sementara itu, Deputy Chief Mission, Sulistijo Djati Ismojo, menyatakan KBRI Singapura memberikan apresiasi atas keberhasilan para mahasiswa yang diwisuda. “Kami mendukung penuh dan mendorong para pekerja migran untuk menempuh Pendidikan lanjutan karena  dapat menjadi modal untuk karir yang lebih baik,” ujar Djati.

Djati juga mengingatkan bahwa skilled worker akan punya peluang lebih banyak dan potensi untuk berkembang di pasar tenaga kerja di Singapura. “Daya kompetisi Indonesia juga akan lebih baik dalam menyongsong pasar bebas ASEAN dan dunia,” katanya.

Dalam Wisuda tersebut, secara mengejutkan, ketua MPR, Bambang Soesatyo, memberikan sambutan secara online dan mengucapkan selamat kepada seluruh wisudawati. Bambang Soesatyo yang juga baru saja diwisuda di UT Jakarta untuk gelar sarjana hukum menyatakan bahwa menjadi mahasiswa UT adalah sebuah kebanggaan karena manajemen kuliah yang sangat membantu mahasiswa yang sedang bekerja. “Itu juga membuktikan bahwa mahasiswa UT punya softskill manajemen waktu yang sangat bagus,” pungkasnya. (Atdikbud KBRI Singapura, Rayhan Parady/Editor: Seno Hartono)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 888 kali