Beasiswa ADEM Wujudkan Transformasi Generasi Muda Papua Raih Masa Depan yang Gemilang  24 November 2023  ← Back



Kabupaten Bangli, Bali, Kemendikbudristek
— Kabupaten Bangli, sebuah wilayah yang berada di tengah-tengah Provinsi Bali, sehingga menjadikan wilayah ini menjadi satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki laut ataupun pantai. Kabupaten Bangli menjadi tempat menimba ilmu bagi dua orang pemuda dari Papua yang penuh semangat bernama Yulion dan Agus.

Lewat dukungan pembiayaan Beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) Wilayah Papua yang digulirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Yulion dan Agus bergulat dengan beragam perbedaan bahasa maupun budaya di Bali, menempuh pendidikan menengah demi meraih cita-cita mereka yang lebih gemilang di masa depan.

Yulion Mirin, demikian nama lengkapnya, menuturkan kisahnya sembari ditemani sejuknya hembusan udara dingin yang dibawa dari Gunung Batur. Kawasan gunung yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tersebut telah ditetapkan ditetapkan oleh UNESCO sebagai bagian dari Taman Bumi Global Geopark Network (GGN) pada tahun 2012.

“Awalnya, saya tidak mengetahui ada Provinsi Bali, hanya mengenal daerah Yogyakarta,” ucap Yulion yang lahir pada tanggal 4 Juli 2006 serta dibesarkan di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.

Setelah dinyatakan lolos menerima Beasiswa Adem, Yulion yang merupakan alumnus Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Arso, Kabupaten Keerom, Papua, bertekad pergi ke Bali. Sesuai rujukan Pusat Pelaporan dan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek, Yulion menempuh pendidikan menengah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Melaya.

“Saat di sekolah, saya menghadapi hambatan budaya dan bahasa yang awalnya membuat saya merasa kewalahan. Namun, seiring berjalannya waktu dan dukungan dari teman-teman dan Kepala SMAN 1 Melaya, saya berhasil beradaptasi dengan lingkungan baru dan bahkan belajar bahasa Bali,” kata Yulion yang diaminkan oleh I Ketut Widia, Kepala SMAN 1 Melaya yang hadir mendampinginya ketika ditemui di Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bangli, pada Kamis (16/11).

“Yulion sangat aktif mengikuti kegiatan kesiswaan, semisal Siswa pecinta alam (Sispala), bahkan Yulion juga didapuk menjadi Duta Literasi Provinsi Papua,” jelas kepala sekolah yang akrab disapa Widia.

Mimpi Yulion tidak berhenti hanya sebatas memberdayakan dirinya sendiri, lebih dari itu ia juga ingin memberikan dampak positif bagi kehidupan anak-anak yang berada dalam situasi yang sama dengan dirinya. Ia ingin memastikan bahwa mereka memiliki akses ke pendidikan yang lebih tinggi meskipun memiliki keterbatasan finansial.

Dengan tujuan mulia ini, pada tahun 2021, Yulion memutuskan untuk menyisihkan sebagian dari tunjangan biaya hidup beasiswa afirmasi yang diterimanya. “Saya menerima Rp2 Juta, kemudian saya sisihkan sebagian dana tersebut untuk membuat program bertajuk Alat Tulis untuk Kawan di Pedalaman Papua, program yang ditujukan untuk menyediakan perlengkapan alat tulis sekolah gratis bagi anak-anak usia sekolah di pedalaman Papua,” urai Yulion.

“Di tahun 2021, lewat KAMI Foundation, saya telah menyalurkan bantuan untuk 67 orang anak di Labuan Bajo. Selanjutnya, di tahun 2022, saya menyalurkan bantuan yang sama ke Kampung Misool di Raja Ampat, Papua Barat untuk 96 orang anak,” ucap Yulion sembari mengungkapkan kebanggaannya bahwa di usia 16 tahun dirinya telah mendapatkan apresiasi sebagai donatur dari Pemerintah Daerah Raja Ampat.

Melalui upaya tersebut, Yulion telah menunjukkan empati dan tekadnya untuk membantu orang lain sekaligus membuktikan bahwa satu tindakan kecil dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam kehidupan orang lain.

Lewat Olah Raga Futsal, Agus Mengukir Prestasi Gemilang

Tak ketinggalan, penerima manfaat Beasiswa Adem Wilayah Papua lainnya, Agustinus Yanibire turut menceritakan kegigihannya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Gianyar, di mana ia mengambil jurusan Teknik Jaringan Komputer (TKJ).

Agus, begitu sapaan akrabnya, sudah menyenangi olah raga sepak bola sejak masih di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan tempat ia dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 2003 silam.

“Seusai menamatkan sekolah di SMPN 1 Fayit di Kabupaten Asmat, saya diberi motivasi oleh pihak sekolah untuk mendaftarkan diri ikut seleksi program Beasiswa Adem,” imbuh Agus.

Agus adalah seorang yang gigih dan pantang menyerah dengan keadaan. Tak beda dengan Yulion, Agus juga sempat mengalami kendala bahasa dan budaya ketika tiba di Bali. “Banyak teman-teman di sekolah yang membantu saya untuk belajar dan memahami bahasa Bali. Saya juga belajar bagaimana menulis aksara Bali,” ucapnya.

Di sore hari, Agus melakukan kegiatan olahraga, terutama bermain futsal bersama teman-teman sekolahnya. Melalui olah raga inilah Agus berhasil meraih berbagai prestasi gemilang di tahun 2022 dan 2023 semisal piala ataupun sertifikat antarklub futsal.

“Kemampuan dan bakatnya bermain olah raga futsal, juga membuatnya terpilih masuk ikut seleksi ke dalam tim nasional di bawah usia 17 tahun (U-17) di tahun 2023,” pungkas Kepala SMKN 1 Gianyar, I Dewa Putu Alit.

Pencapaian ini telah meningkatkan kepercayaan diri Agus dan semakin memicu aspirasinya. Di samping kecintaannya pada olah raga, Agus juga menyimpan mimpi untuk menjadi guru pendidikan jasmani. Keinginan ini mencerminkan sifatnya yang rendah hati dan mengayomi, karena ia ingin membagikan pengetahuan dan kecintaannya pada olah raga kepada generasi mendatang.

Dengan tekad, semangat, dan bakatnya, serta dukungan dari program Beasiswa Adem, Agustinus Yanibire berada di jalur yang tepat untuk mencapai hal-hal besar dan memberikan dampak positif di bidang pendidikan jasmani. [Penulis: Andrew Fangidae | Editor:  Denty A./Seno Hartono]
 
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 815 kali