Kebijakan MBKM Membawa Dampak Positif, Kampus dan Industri Berlomba-Lomba Jalankan MBKM Mandiri 13 Desember 2023 ← Back
Jakarta, 13 Desember 2023 – Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) telah memfasilitasi hampir satu juta mahasiswa untuk menikmati pembelajaran di luar kampus. Pembelajaran ini dilakukan melalui program-program yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta program-program yang diselenggarakan secara mandiri oleh perguruan tinggi bersama para mitra, yang dikenal dengan nama MBKM Mandiri.
Seiring dengan semakin banyaknya cerita baik implementasi MBKM dari seluruh penjuru Nusantara, minat perguruan tinggi untuk melaksanakan MBKM Mandiri juga semakin tinggi. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan lebih luas bagi mahasiswa dalam memperoleh hak belajar yang ditawarkan oleh kebijakan MBKM.
“Mahasiswa yang mendaftar MBKM tidak semuanya tertampung. Ada yang lolos, tapi ada juga yang tidak lolos. Kami berpikir bahwa sebetulnya di kampus banyak potensi kegiatan. Berbekal pengalaman melaksanakan MBKM sebelumnya, kami mencoba menawarkan MBKM Mandiri,” terang Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Solehuddin, pada hari kedua Vokasifest x Festival Kampus Merdeka, di Taman Ismail Marzuki, Selasa (12/12).
Menurutnya, kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi berbagai persoalan di masyarakat secara bergotong royong. Dengan bergerak bersamaan, dampak dari upaya yang dijalankan akan semakin luas dan masif. “Cara berpikirnya harus inklusif dan kolaboratif. Dengan demikian kita bisa menghasilkan sesuatu yang multiefek,” lanjutnya.
Bank Indonesia Institute menjadi salah satu mitra Kemendikbudristek yang turut berpartisipasi dalam program-program Kampus Merdeka seperti Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2021 lalu. Menurut Asisten Direktur Kelompok Inovasi dan Kemitraan Pembelaiaran (KIKP) Bank Indonesia Institute, Aprilia Rosita, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan sektor Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) tidak hanya akan mendatangkan manfaat bagi mahasiswa dan bagi perguruan tinggi, namun juga bagi mitra DUDI.
“Pas sekali saat kami punya kebutuhan untuk proyek dan riset tertentu, kami bisa mendapatkan mahasiswa yang mempunyai keterampilan yang sesuai, jadi klik,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Ketua Usaha Mikro Kecil Menengah–Industri Kecil Menengah (UMKM IKM) dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Selain memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri juga dapat menghadirkan pembelajaran yang lebih relevan di kampus melalui kehadiran dan keterlibatan praktisi dalam proses perkuliahan.
Kontribusi Bagi Masyarakat
Pada kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV, Samsuri, membagikan kisah bagaimana LLDikti dapat memfasilitasi kolaborasi antarperguruan tinggi maupun perguruan tinggi dengan industri, dalam pelaksanaan MBKM Mandiri. Ia mencontohkan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama oleh sejumlah perguruan tinggi di Jawa Barat dan Banten, melalui penerjunan mahasiswa.
Kolaborasi ini, terangnya, menghasilkan berbagai program penting seperti pengolahan sampah organik, penyediaan air bersih, dan pengembangan desa wisata. “Ini networking yang luar biasa. Saat saya mengundang kepala daerah ada salah satu sekda yang tertarik dan meminta 26 desa untuk menjadi pilot project Program Perguruan Tinggi Mandiri Membangun Desa,” paparnya.
MBKM Mandiri, menurutnya, adalah bagian dari mewujudkan MBKM sebagai sebuah gerakan dan bukan sekadar sebuah kebijakan. Melalui kolaborasi yang dibangun, perguruan tinggi juga bisa saling berbagi pengalaman dan praktik baik.
“Kalau hanya jadi program kementerian orang akan berpikir bagaimana mendapatkan anggaran, padahal secara substansi belajar di luar kampus sudah jadi kebutuhan dan ini harus dibudayakan. Semua harus tergerak secara mandiri,” imbuhnya. (Penulis: Tim MBKM / Editor: Stephanie W.)
Seiring dengan semakin banyaknya cerita baik implementasi MBKM dari seluruh penjuru Nusantara, minat perguruan tinggi untuk melaksanakan MBKM Mandiri juga semakin tinggi. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan lebih luas bagi mahasiswa dalam memperoleh hak belajar yang ditawarkan oleh kebijakan MBKM.
“Mahasiswa yang mendaftar MBKM tidak semuanya tertampung. Ada yang lolos, tapi ada juga yang tidak lolos. Kami berpikir bahwa sebetulnya di kampus banyak potensi kegiatan. Berbekal pengalaman melaksanakan MBKM sebelumnya, kami mencoba menawarkan MBKM Mandiri,” terang Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Solehuddin, pada hari kedua Vokasifest x Festival Kampus Merdeka, di Taman Ismail Marzuki, Selasa (12/12).
Menurutnya, kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi berbagai persoalan di masyarakat secara bergotong royong. Dengan bergerak bersamaan, dampak dari upaya yang dijalankan akan semakin luas dan masif. “Cara berpikirnya harus inklusif dan kolaboratif. Dengan demikian kita bisa menghasilkan sesuatu yang multiefek,” lanjutnya.
Bank Indonesia Institute menjadi salah satu mitra Kemendikbudristek yang turut berpartisipasi dalam program-program Kampus Merdeka seperti Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2021 lalu. Menurut Asisten Direktur Kelompok Inovasi dan Kemitraan Pembelaiaran (KIKP) Bank Indonesia Institute, Aprilia Rosita, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan sektor Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) tidak hanya akan mendatangkan manfaat bagi mahasiswa dan bagi perguruan tinggi, namun juga bagi mitra DUDI.
“Pas sekali saat kami punya kebutuhan untuk proyek dan riset tertentu, kami bisa mendapatkan mahasiswa yang mempunyai keterampilan yang sesuai, jadi klik,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Ketua Usaha Mikro Kecil Menengah–Industri Kecil Menengah (UMKM IKM) dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Selain memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri juga dapat menghadirkan pembelajaran yang lebih relevan di kampus melalui kehadiran dan keterlibatan praktisi dalam proses perkuliahan.
Kontribusi Bagi Masyarakat
Pada kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV, Samsuri, membagikan kisah bagaimana LLDikti dapat memfasilitasi kolaborasi antarperguruan tinggi maupun perguruan tinggi dengan industri, dalam pelaksanaan MBKM Mandiri. Ia mencontohkan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama oleh sejumlah perguruan tinggi di Jawa Barat dan Banten, melalui penerjunan mahasiswa.
Kolaborasi ini, terangnya, menghasilkan berbagai program penting seperti pengolahan sampah organik, penyediaan air bersih, dan pengembangan desa wisata. “Ini networking yang luar biasa. Saat saya mengundang kepala daerah ada salah satu sekda yang tertarik dan meminta 26 desa untuk menjadi pilot project Program Perguruan Tinggi Mandiri Membangun Desa,” paparnya.
MBKM Mandiri, menurutnya, adalah bagian dari mewujudkan MBKM sebagai sebuah gerakan dan bukan sekadar sebuah kebijakan. Melalui kolaborasi yang dibangun, perguruan tinggi juga bisa saling berbagi pengalaman dan praktik baik.
“Kalau hanya jadi program kementerian orang akan berpikir bagaimana mendapatkan anggaran, padahal secara substansi belajar di luar kampus sudah jadi kebutuhan dan ini harus dibudayakan. Semua harus tergerak secara mandiri,” imbuhnya. (Penulis: Tim MBKM / Editor: Stephanie W.)