Pameran Sriwijaya: Eksposisi Wawasan Perjalanan Buddhisme Indonesia dan Jepang   18 Desember 2023  ← Back



Tokyo,
Kemendikbudristek Pameran bertajuk "Trail of Buddhist Civilization, Tracing Ancient Empire of Sriwijaya in Indonesia" yang berlangsung di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo pada 12 s.d. 21 Desember 2023, menandai sebuah langkah signifikan dalam menjembatani sejarah Buddhisme antara Indonesia dan Jepang.
 
Acara ini merupakan kolaborasi antara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo dan Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pameran dibuka oleh Duta Besar RI untuk Jepang Merangkap Federasi Mikronesia, Heri Akhmadi.
 
Dikatakan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayan (Atdikbud) KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno, format pameran semacam ini dapat menjadi alternatif bagus dalam promosi budaya melalui program Rumah Budaya Indonesia.
 
“Interaksi pengunjung dengan tim dari Kemendikbudristek saat pameran dapat menjadi metode baik untuk pengenalan sejarah yang digelar melalui tampilan foto,” jelas Yusli.
 
Dalam sambutannya saat membuka pameran, Duta Besar Heri Akhmadi menekankan pentingnya pengenalan sejarah Indonesia, seperti Sriwijaya, bagi warga Indonesia dan internasional. "Memahami sejarah kita merupakan langkah penting untuk menghargai identitas dan kekayaan budaya bangsa. Ini juga penting untuk memperkuat pemahaman dan hubungan antara Indonesia dan negara lain, termasuk Jepang," ungkapnya.
 
Dubes Heri juga menyampaikan bahwa di masa mendatang, akan digelar pameran serupa yang mengangkat sejarah penting lainnya, seperti Majapahit, untuk memberikan wawasan yang lebih luas.
 
Ketua Tim Pameran Sriwijaya, Gatot Ghautama, menyatakan tujuan acara adalah mengenalkan Sriwijaya kepada masyarakat Jepang dan mengeksplorasi hubungan Buddhisme antara kedua negara dari abad ke-7 hingga ke-13.
 
“Pameran ini, menampilkan peta sejarah penyebaran Buddhisme di Asia, foto-foto situs Muaro Jambi, dan kain Shibori, yang diyakini merupakan asal batik. Lewat pameran ini memicu minat masyarakat Jepang akan budaya Indonesia, serta memulai kerja sama penelitian antara Indonesia dan Jepang, khususnya di situs Muaro Jambi,” tekannya.
 
Setelah acara pembukaan diselenggarakan ceramah yang menampilkan pembicara Supratikno Rahardjo dan Ninny Susanti, membahas materi mengenai “Perkembangan Buddhisme di Asia pada Masa Sriwijaya” dan “Sriwijaya: Air, Politik, Budaya, dan Ekonomi”. Ceramah yang digelar secara daring dan luring ini mengundang antusiasme peserta yang hadir dengan berbagai pertanyaan menarik.
 
Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyatakan harapan bahwa kerja sama ini akan dapat meningkatkan promosi budaya Indonesia di Jepang.
 
Pameran ini juga menandai peringatan 65 tahun hubungan diplomatik antara Jepang dan Indonesia, sekaligus menjadi ajang promosi warisan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional. (Penulis: Atdikbud KBRI Tokyo | Editor:  Andrew Fangidae/Stephanie/Denis/Seno Hartono)
Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 2069 kali