Sekolah Boleh Terendam Tapi Semangat Perjuangan Tak Boleh Padam 15 Desember 2023 ← Back
Padang, Kemendikbudristek – Kehadiran Marsal Maret ke SDN 40 Korong Gadang, Padang, Sumatra Barat menjadi berkah tersendiri bagi sekolah. Mengawali karir sebagai guru sejak tahun 2011. Ia kemudian lulus menjadi Guru Penggerak Angkatan 1 tahun 2021. Sepak terjangnya melahirkan inovasi dan terus bergerak memuluskan langkahnya sehingga ia diangkat menjadi kepala sekolah pada Februari 2023.
Masyarakat sekitar sekolah tahu pasti betapa seringnya SDN 40 Korong Gadang kebanjiran. Lokasi sekolah yang tepat di pinggir aliran sungai dan posisi sekolah yang lebih rendah dari jalan raya, membuat sekolah kerap menjadi korban banjir ketika musim penghujan. Beruntung, pada Oktober 2023, dibangun tanggul dipinggir sungai sebagai bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang. Sehingga jika debit air meningkat, air sungai yang meluap tidak langsung masuk ke sekolah yang berada tepat di sampingnya. Sehingga guru dan murid bisa merasa sedikit lega.
Peserta didik yang bersekolah di sini hanya berkisar 120 orang dan dengan 8 tenaga pendidikan serta 3 tenaga kependidikan, SDN 40 Korong Gadang terus berjuang meningkatkan layanan pendidikan bagi anak didik yang umumnya berasal dari keluarga dengan perekonomian menengah ke bawah.
Merry Egline, guru kelas 1 mengungkapkan bahwa kehadiran kepala sekolah yang berasal dari Guru Penggerak membawa angin segar bagi sekolah. “Sebelumnya kami cenderung santai saja mengajar, tidak ada yang kami kejar, mengajar hanya sebagai rutinitas biasa. Tapi sekarang kami lebih bersemangat, banyak pengembangan kompetensi yang kami ikuti berkat dorongan kepala sekolah,” ungkapnya ketika ditemui Tim dari Kemendikbudristek di Padang, Jumat (15/12).
Merry merasakan sekolahnya kembali ‘hidup’ karena sesama guru, orang tua, dan masyarakat sekitar saling mendukung dan berkolaborasi menjaga keberlangsungan sekolah. “Saya kagum karena Pak Marsal di awal kedatangan beliau menjadi kepala sekolah berhasil mengumpulkan seluruh orang tua murid, perangkat desa, pengawas, dinas, camat, dan lurah, merangkul semua sehingga dibuatlah perkumpulan perangkat sekolah yang semula tidak berjalan,” kisahnya.
Selanjutnya, kepala sekolah secara intens menggerakkan para guru untuk berkontribusi aktif mengambil peran dalam meningkatkan mutu dan tampilan sekolah. “Siapa guru yang bisa desain, dikerahkan untuk mempercantik sekolah, bangunan sekolah di cat, kemudian berbagai aktivitas penguatan karakter siswa digalakkan,” jelas Merry antusias.
Hal senada juga diutarakan Indria Fauzia, guru kelas 5. Ia merasa, berkat ilmu yang telah didapatkan dari Guru Penggerak, Kepsek Marsal memiliki visi yang bagus dalam mengelola sekolah. “Kami para guru bisa bersatu, bersemangat, dan mendapat ruang untuk menuangkan ide dan kreativitas dalam membangun sekolah. Padahal sebelumnya sekolah ini kurang tertata dengan baik,” ujarnya.
Ketika ditanya, apakah dengan adanya Guru Penggerak yang menjadi kepala sekolah lalu para guru merasa terbebani dengan berbagai gebrakan baru? Indri menjawab, “Awalnya memang kami butuh adaptasi, namun ketika kami tahu pentingnya perubahan tersebut bagi diri kami sendiri sebagai guru maupun bagi sekolah, ditambah para guru semua saling membantu dan melengkapi, rasanya langkah kami lebih ringan,” jelas Indri yang sering dipercaya untukmendesain kelas maupun sekolah.
Salmiwati, Pengawas Madya di Dinas Pendidikan Kota Padang, merasa bersyukur karena Guru Penggerak yang menjadi kepala sekolah sangat membantu dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan di wilayahnya. Dalam memimpin sekolah, Kepsek Marsal menerapkan pendekatan berbasis aset, mengundang para stakeholder terkait seperti perkumpulan pemuda, pemuka masyarakat, dan orang tua siswa. Selain itu mendorong siswa dan guru berkolaborasi menyiapkan kegiatan gelar karya.
“Kedatangannya bagaikan Pangeran dari Surga (singkatan dari Surau Gadang),” ucapnya.
Di bawah pengawasannya, Salmiwati menilai banyak perubahan positif yang terjadi sejak kebijakan ini. Secara aktif, kepala sekolah berkoordinasi dengan pengawas sehingga berbagai inisiatif program hingga implementasinya berjalan dengan baik. “Pak Marsal tidak hanya mampu menggerakkan sekolah tetapi juga gugus dan kecamatan. Terima kasih Kemendikbudristek atas kebijakan yang baik ini. Semoga semakin banyak Guru Penggerak yang diangkat menjadi kepala sekolah membuat berbagai gebrakan dalam dunia pendidikan kita,” harapnya.
Program Guru Penggerak Menyadarkan Diri tentang Arah dan Tujuan Seorang Pendidik
Marsal Maret adalah Guru Penggerak angkatan 1 asal Kota Padang, Sumatera Barat. Beliau adalah lulusan S2 Pendidikan Dasar dari Universitas Negeri Padang. Setelah lulus, ia menjadi guru kelas di SD Negeri 13 Surau Gadang Kota Padang dengan masa pengabdian selama 10 tahun, hingga sampai saat ini.
Selain menjadi seorang guru, Marsal juga aktif dalam komunitas pendidikan yaitu Komunitas Belajar Guru Penggerak (KBGP) dan kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus III, yang di inisiasi oleh Marsal bersama rekan - rekan guru di Gugus III Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Beliau juga merupakan anggota PGRI dan IGI.
Pak Marsal sering dipercaya menjadi narasumber “Sosialisasi Transisi Paud ke SD yang Menyenangkan” serta berbagi praktik baik tentang penerapan Kurikulum Merdeka dan pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) di Kota Padang dan sekitarnya. Ia juga telah menerbitkan buku antologi kumpulan puisi bersama rekan - rekan Guru Penggerak angkatan 1 yang menceritakan perjuangan dan kebersamaan selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Pengalamannya mengikuti Program pendidikan guru penggerak membuat Marsal semakin memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Sejak mengikuti PGP, ia langsung menerapkan apa yang diperoleh dalam pembelajaran dengan anak murid di sekolahnya, yaitu dengan memberikan tugas yang sesuai dengan gaya belajar murid berdasarkan minat dan bakat mereka. Anak murid Marsal menjadi lebih bersemangat dan menunjukkan kreativitas dalam proses pembelajaran serta mampu berkolaborasi dengan teman-temannya.
“Setiap hari ada kegiatan bersama yang digalakkan didukung oleh siswa, orang tua, dan guru. Saya yakin, jika kita selalu berpikir positif, ada saja jalannya. Jika kita orang baik dan melakukan hal yang baik maka kita akan ditempatkan di tempat yamg baik dan dikelilingi oleh orang-orang baik sehingga apapun ide yang saya cetuskan mendapat dukungan dari seluruh ekosistem di sekolah,” terangnya.
Marsal bercita-cita mengubah sekolahnya dari yang dikenal sebagai sekolah terendam menjadi sekolah dengan seribu pesan. Sehingga siapapun tamu yang datang akan terkesan dengan banyaknya pesan moral yang bisa diambil dari sekolah ini. “Mari guru-guru di seluruh Indonesia kita berpartisipasi dalam Program Guru Penggerak dan menjadi agen transformasi pendiidkan di Indonesia,” pungkasnya.*** (Penulis: Denty A./Editor: Salmiwati/Marsal M.)
Sumber :
Masyarakat sekitar sekolah tahu pasti betapa seringnya SDN 40 Korong Gadang kebanjiran. Lokasi sekolah yang tepat di pinggir aliran sungai dan posisi sekolah yang lebih rendah dari jalan raya, membuat sekolah kerap menjadi korban banjir ketika musim penghujan. Beruntung, pada Oktober 2023, dibangun tanggul dipinggir sungai sebagai bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang. Sehingga jika debit air meningkat, air sungai yang meluap tidak langsung masuk ke sekolah yang berada tepat di sampingnya. Sehingga guru dan murid bisa merasa sedikit lega.
Peserta didik yang bersekolah di sini hanya berkisar 120 orang dan dengan 8 tenaga pendidikan serta 3 tenaga kependidikan, SDN 40 Korong Gadang terus berjuang meningkatkan layanan pendidikan bagi anak didik yang umumnya berasal dari keluarga dengan perekonomian menengah ke bawah.
Merry Egline, guru kelas 1 mengungkapkan bahwa kehadiran kepala sekolah yang berasal dari Guru Penggerak membawa angin segar bagi sekolah. “Sebelumnya kami cenderung santai saja mengajar, tidak ada yang kami kejar, mengajar hanya sebagai rutinitas biasa. Tapi sekarang kami lebih bersemangat, banyak pengembangan kompetensi yang kami ikuti berkat dorongan kepala sekolah,” ungkapnya ketika ditemui Tim dari Kemendikbudristek di Padang, Jumat (15/12).
Merry merasakan sekolahnya kembali ‘hidup’ karena sesama guru, orang tua, dan masyarakat sekitar saling mendukung dan berkolaborasi menjaga keberlangsungan sekolah. “Saya kagum karena Pak Marsal di awal kedatangan beliau menjadi kepala sekolah berhasil mengumpulkan seluruh orang tua murid, perangkat desa, pengawas, dinas, camat, dan lurah, merangkul semua sehingga dibuatlah perkumpulan perangkat sekolah yang semula tidak berjalan,” kisahnya.
Selanjutnya, kepala sekolah secara intens menggerakkan para guru untuk berkontribusi aktif mengambil peran dalam meningkatkan mutu dan tampilan sekolah. “Siapa guru yang bisa desain, dikerahkan untuk mempercantik sekolah, bangunan sekolah di cat, kemudian berbagai aktivitas penguatan karakter siswa digalakkan,” jelas Merry antusias.
Hal senada juga diutarakan Indria Fauzia, guru kelas 5. Ia merasa, berkat ilmu yang telah didapatkan dari Guru Penggerak, Kepsek Marsal memiliki visi yang bagus dalam mengelola sekolah. “Kami para guru bisa bersatu, bersemangat, dan mendapat ruang untuk menuangkan ide dan kreativitas dalam membangun sekolah. Padahal sebelumnya sekolah ini kurang tertata dengan baik,” ujarnya.
Ketika ditanya, apakah dengan adanya Guru Penggerak yang menjadi kepala sekolah lalu para guru merasa terbebani dengan berbagai gebrakan baru? Indri menjawab, “Awalnya memang kami butuh adaptasi, namun ketika kami tahu pentingnya perubahan tersebut bagi diri kami sendiri sebagai guru maupun bagi sekolah, ditambah para guru semua saling membantu dan melengkapi, rasanya langkah kami lebih ringan,” jelas Indri yang sering dipercaya untukmendesain kelas maupun sekolah.
Salmiwati, Pengawas Madya di Dinas Pendidikan Kota Padang, merasa bersyukur karena Guru Penggerak yang menjadi kepala sekolah sangat membantu dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan di wilayahnya. Dalam memimpin sekolah, Kepsek Marsal menerapkan pendekatan berbasis aset, mengundang para stakeholder terkait seperti perkumpulan pemuda, pemuka masyarakat, dan orang tua siswa. Selain itu mendorong siswa dan guru berkolaborasi menyiapkan kegiatan gelar karya.
“Kedatangannya bagaikan Pangeran dari Surga (singkatan dari Surau Gadang),” ucapnya.
Di bawah pengawasannya, Salmiwati menilai banyak perubahan positif yang terjadi sejak kebijakan ini. Secara aktif, kepala sekolah berkoordinasi dengan pengawas sehingga berbagai inisiatif program hingga implementasinya berjalan dengan baik. “Pak Marsal tidak hanya mampu menggerakkan sekolah tetapi juga gugus dan kecamatan. Terima kasih Kemendikbudristek atas kebijakan yang baik ini. Semoga semakin banyak Guru Penggerak yang diangkat menjadi kepala sekolah membuat berbagai gebrakan dalam dunia pendidikan kita,” harapnya.
Program Guru Penggerak Menyadarkan Diri tentang Arah dan Tujuan Seorang Pendidik
Marsal Maret adalah Guru Penggerak angkatan 1 asal Kota Padang, Sumatera Barat. Beliau adalah lulusan S2 Pendidikan Dasar dari Universitas Negeri Padang. Setelah lulus, ia menjadi guru kelas di SD Negeri 13 Surau Gadang Kota Padang dengan masa pengabdian selama 10 tahun, hingga sampai saat ini.
Selain menjadi seorang guru, Marsal juga aktif dalam komunitas pendidikan yaitu Komunitas Belajar Guru Penggerak (KBGP) dan kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus III, yang di inisiasi oleh Marsal bersama rekan - rekan guru di Gugus III Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Beliau juga merupakan anggota PGRI dan IGI.
Pak Marsal sering dipercaya menjadi narasumber “Sosialisasi Transisi Paud ke SD yang Menyenangkan” serta berbagi praktik baik tentang penerapan Kurikulum Merdeka dan pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) di Kota Padang dan sekitarnya. Ia juga telah menerbitkan buku antologi kumpulan puisi bersama rekan - rekan Guru Penggerak angkatan 1 yang menceritakan perjuangan dan kebersamaan selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Pengalamannya mengikuti Program pendidikan guru penggerak membuat Marsal semakin memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Sejak mengikuti PGP, ia langsung menerapkan apa yang diperoleh dalam pembelajaran dengan anak murid di sekolahnya, yaitu dengan memberikan tugas yang sesuai dengan gaya belajar murid berdasarkan minat dan bakat mereka. Anak murid Marsal menjadi lebih bersemangat dan menunjukkan kreativitas dalam proses pembelajaran serta mampu berkolaborasi dengan teman-temannya.
“Setiap hari ada kegiatan bersama yang digalakkan didukung oleh siswa, orang tua, dan guru. Saya yakin, jika kita selalu berpikir positif, ada saja jalannya. Jika kita orang baik dan melakukan hal yang baik maka kita akan ditempatkan di tempat yamg baik dan dikelilingi oleh orang-orang baik sehingga apapun ide yang saya cetuskan mendapat dukungan dari seluruh ekosistem di sekolah,” terangnya.
Marsal bercita-cita mengubah sekolahnya dari yang dikenal sebagai sekolah terendam menjadi sekolah dengan seribu pesan. Sehingga siapapun tamu yang datang akan terkesan dengan banyaknya pesan moral yang bisa diambil dari sekolah ini. “Mari guru-guru di seluruh Indonesia kita berpartisipasi dalam Program Guru Penggerak dan menjadi agen transformasi pendiidkan di Indonesia,” pungkasnya.*** (Penulis: Denty A./Editor: Salmiwati/Marsal M.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 2207 kali
Editor :
Dilihat 2207 kali