80.000 ASN Kemendikbudristek Perkuat Literasi Digital Melalui Program LDSP Kemenkominfo 26 Maret 2024 ← Back
Jakarta, 26 Maret 2024 — Program Pelatihan Literasi Digital Sektor Pemerintahan (LDSP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) kembali diselenggarakan pada tahun ini dengan menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pelatihan yang berbentuk webinar ini berlangsung secara hibrida mulai 25 s.d. 28 Maret 2024, serta diikuti lebih dari 80.000 Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kemendikbudristek yang terdiri dari PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbudristek, Suharti, menilai bahwa literasi digital telah memainkan peran penting dalam kehidupan yang berubah begitu cepat, terutama bagi ASN yang dituntut untuk memberikan pelayanan yang semakin baik pada masyarakat. Dengan literasi digital, ASN dapat mengakses informasi secara cepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui platform teknologi digital, dan membantu berpikir kritis dalam mengevaluasi informasi dari berbagai sumber.
Suharti mengatakan, di tahun 2023, pelatihan literasi digital memperoleh respons positif dari pegawai. Tercatat sebanyak 34.647 pegawai berhasil menyelesaikan pembelajaran dengan webinar yang berdurasi 4 jam pelajaran. Sebanyak 13.100 pegawai berhasil menyelesaikan pembelajaran lanjutan dengan sistem Wiyata Kinarya Merdeka Belajar (WKMB) dengan durasi 17-20 jam pelajaran secara daring.
"Peran literasi digital sangat membantu ASN mengeksplorasi dan menggunakan alat digital untuk mengekspresikan ide, meningkatkan kreatifitas, dan inovasi dalam mengembangkan diri secara mandiri,” ucapnya.
Sesjen Suharti berharap, para ASN yang belum mengikuti pelatihan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Iya menyebut, pelaksanaan pelatihan secara daring tahun ini dapat menjangkau lebih dari 80.000 pegawai dengan mayoritas berasal dari Perguruan Tinggi Negeri. Hal tersebut menjadi upaya dalam meningkatkan kinerja organisasi dan mempercepat akselerasi transformasi digital dalam pelayanan pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo, Slamet Santoso, mengatakan bahwa hampir 80% dari jumlah penduduk Indonesia telah menggunakan internet. Setelah dicermati, jumlah tersebut seharusnya dapat menjadi potential market apabila ruang digital tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Oleh karena itu, kemampuan literasi digital menjadi penting untuk memanfaatkan peluang tersebut, khususnya penyelenggaraan tugas dan fungsi sektor pemerintahan.
“Sesuai arahan Presiden Joko Widodo bahwa pelatihan LDSP akan membekali ASN Kemendikbudristek melawan kegiatan negatif di dunia digital dengan membuat konten positif untuk menanggulanginya. Selain itu, untuk mendukung fungsi dan tugas Kemendikbudristek, pelatihan ini akan membantu ASN dalam pemanfaatan teknologi informasi pelayanan masyarakat supaya terselenggara dengan efektif, efisien, dan transparan,” ujar Slamet.
Pada pelaksanaan Webinar sesi pertama yang dimulai pada Senin, 25 Maret 2024, pelatihan LDSP menghadirkan lima narasumber dengan materi berbeda-beda. Lima narasumber yang memaparkan materi pada sesi pertama yaitu Partono Rudianto, menyampaikan materi tentang Kecakapan Digital; Yudho Giri Sucahyo, membawakan materi Keamanan Digital; Ibrahim Sidik, menyampaikan materi tentang Etika Digital; Cornelia Istiani, membawakan materi tentang Budaya Digital; dan Fatah Yassin, menyampaikan materi tentang Digitalisasi Manajemen Karir ASN di lingkungan Kemendikbudristek.
Dalam webinar tersebut, Partono Rudianto, mengatakan bahwa kecakapan digital merupakan ketrampilan individu dalam menemukan, mengevaluasi, dan menulis informasi yang jelas melalui tulisan dan bentuk lainnya di berbagai platform digital. Menurutnya, praktik baik ASN dalam Kecakapan Digital salah satunya adalah kemampuan kolaborasi melalui teknologi digital untuk akselerasi kinerja. “Cakap Digital memacu kita untuk memberikan hasil optimal terhadap seluruh informasi yang diterima atau diserap. Jadilah ASN yang Cakap Digital dan membangun Indonesia dengan pola pikir digital,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Yudho Giri Sucahyo mengingatkan pentingnya Literasi Digital bagi ASN, khususnya Kemendikbudristek yang menaungi sektor pendidikan. Kemenkominfo sudah menerbitkan visi Indonesia Digital tahun 2045 sekaligus menjadi peta jalan pengembangan digital sampai tahun 2025. “Tahun 2045, Indonesia akan menjadi negara internet terbesar kelima di dunia. Oleh karena itu, penting bagi kita saat ini untuk menyiapkan talenta-talenta masa depan yang melek digital untuk menjadi pelaku digital pada era emas tersebut,” ujar Yudho.
Selanjutnya, Ibrahim Sidik, mengajak para peserta webinar untuk kembali memperhatikan Etika Digital dalam kehidupan sehari-hari. Ibrahim menilai, keberadaan ASN harus menjadi contoh bagi masyarakat dalam berperilaku di ruang digital. “Etika digital pada dasarnya dilakukan untuk membuat nyaman penggunanya di ruang digital. Sebagai ASN, media sosial bukan sesuatu yang harus dihindari, namun bisa dimanfaatkan untuk melahirkan konten positif, edukatif, dan inspiratif bagi masyarakat Indonesia,” ucap Ibrahim.
Terkait Budaya Digital, Cornelia Istiani menilai bahwa Budaya Digital harus dimulai dari diri sendiri dengan memilih satu nilai yang ditularkan di kehidupan digital dengan berbasis Pancasila. Kemampuan lain dalam mengembangkan Budaya Digital lainnya adalah meregulasi diri supaya berpartisipasi aktif pada kehidupan digital dalam rangka mewujudkan kewargaan yang berbudaya.
“Tujuan pilar Budaya Digital bagi ASN berguna untuk memulai navigasi lingkungan digital yang dimulai dari diri sendiri. Selain itu, Budaya Digital juga mampu menyelaraskan kehidupan digital dan memberikan bekal pengetahuan Budaya Digital di dunia kerja dan sosial,” pungkasnya.
Kemudian terkait Digitalisasi Manajemen Karir ASN, Fatah Yassin, menjelaskan bahwa manajemen karir merupakan salah satu proses untuk memotivasi ASN bekerja dengan professional. “Jejak digital akan menjadi arsip yang dapat terus dilihat untuk mempertimbangkan banyak hal, seperti track record kinerja, absensi, dan juga lainnya. Pada dasarnya, datamu juga adalah nasibmu,” tutup Fatah. (Destian / Editor: Denty A., Azis P)