Mendikbudristek Berbicang dengan Mahasiswa Columbia University tentang Transformasi Pendidikan  14 Maret 2024  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia menerima audiensi dari 12 (dua belas) mahasiswa School of International and Public Affairs asal Columbia University, New York, dalam rangka pelaksanaan program Indonesia Trek di Kantor Kemendikbudristek, Senayan, pada Rabu (13/3). Rombongan terdiri atas mahasiswa internasional dan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Columbia University. 
 
Rombongan mahasiswa dipimpin oleh Deris Nagara, pemuda asal Ciamis yang sebelumnya sempat menjadi perbincangan di tanah air karena terpilih menjadi Presiden di SIPASA atau Badan Eksekutif Mahasiswa di School of International and Public Affairs di Columbia University. Ia menyampaikan bahwa tujuan kedatangannya adalah untuk memperkenalkan kebijakan publik Indonesia karena kami adalah mahasiswa dari jurusan kebijakan publik dan juga untuk membawa Indonesia ke dunia dengan diskusi mengenai pendidikan, kebudayaan, teknologi, riset, dan kolaborasi publik-privat.
 
“Sebuah kehormatan bagi kami untuk berada di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,” ucap Deris.
 
Pada kesempatan ini, mahasiswa Columbia University berkesempatan untuk bertanya langsung kepada Mendikbudristek, mengenai strategi kepemimpinan serta capaian-capaian yang sudah diraih selama masa penugasannya. Mahasiswa menyampaikan pertanyaan-pertanyaan mengenai tantangan yang dialami di daerah 3T, pembelajaran kewirausahaan di Indonesia hingga ke pembelajaran seumur hidup di Indonesia.
 
Mendikbudristek menyampaikan, hal pertama yang diperbaiki adalah struktur anggaran agar ada penyesuaian bantuan yang disalurkan ke guru dan peserta didik yang berada di daerah terpencil tidak hanya berlandaskan keadilan namun juga memegang prinsip uniformity. Menurutnya, penting untuk memiliki pemahaman yang sama soal alokasi anggaran yang sehingga dapat digunakan semaksimal mungkin bagi penerima manfaat.  
 
Hal kedua adalah pemanfaatan teknologi melalui program digitalisasi. Para mahasiswa Columbia University juga membantu penyediaan perangkat keras dan bekerja dengan kementerian lainnya untuk penyediaan akses internet. “Kami merasa guru dan peserta didik harus dapat mengakses konten yang sama sehingga kami juga menyediakan sebuah aplikasi yang dapat diakses oleh sekolah di seluruh Indonesia. Hal ini yang membuat adanya penyamaan level permainan,” ucap Nadiem.
 
Sementara itu, terkait dengan transformasi pendidikan yang terus dilakukan, Mendikbudristek menyebut salah satunya adalah melalui transformasi kurikulum. “Dengan adanya inisiatif Kurikulum Merdeka, learning loss yang dialami peserta didik saat pandemi COVID-19, dapat dikejar dengan baik. Selain itu, guru juga diberikan kebebasan untuk dapat mengajar mundur selama dua tahun untuk mendukung pengentasan learning loss tadi,” jelasnya.
 
Kemudian, untuk pendidikan tinggi, fokus kementerian adalah penyediaan beasiswa bergelar, baik ke luar negeri ataupun dalam negeri. Kemendikbudristek juga memberikan pendampingan agar keberhasilan penerimaan mahasiswa di universitas top luar negeri meningkat. Selain beasiswa bergelar, terdapat juga beasiswa tidak bergelar, salah satunya Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Program ini dianggap berhasil karena Pemerintah mengeluarkan biaya yang lebih kecil tetapi dampaknya sangat besar, terlihat dari lulusannya yang menjadi incaran perusahaan.
 
“Saya percaya bahwa beasiswa untuk program tanpa gelar (nondegree) adalah game changer. Program satu semester dapat mengubah trajectory dari seorang mahasiswa,” ucap Mendikbudristek.
 
Untuk kewirausahaan, Mendikbudristek menyampaikan bahwa Kemendikbudristek menyiapkan program agar mahasiswa dapat merasakan pengalaman yang dapat mendorong jiwa kewirausahaan, seperti hak belajar 2 semester di luar jurusan yang diambil. Mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan banyak hal. Program lainnya adalah Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia korporat.
 
Selanjutnya, Mendikbudristek menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat beragam, baik dari suku, bahasa, dan agama. Namun, dengan kuatnya pemantapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sistem pendidikan di Indonesia berdasar ke Bahasa Indonesia. Keragaman ini juga mendorong pihaknya untuk mengubah asesmen yang mencakup toleransi beragama, toleransi etnis, kekerasan seksual, dan lainnya. Selain itu, sistem Ujian Nasional dihapus dan diganti menjadi Asesmen Pendidikan (AN) yang menilai literasi, numerasi, dan sains.
 
Untuk pembelajaran seumur hidup, Mendikbudristek menekankan bahwa jika yang dibicarakan adalah tentang pendidikan setelah sekolah, sudah menjadi ranah yang berbeda. Namun, Mendikbudristek menekankan bawah tugasnya adalah mencetak peserta didik yang akan terus belajar seumur hidupnya (pemelajar seumur hidup).
 
Program Trek adalah kesempatan belajar yang unik bagi mahasiswa Columbia University untuk lebih memahami dan terlibat dengan masyarakat, budaya, politik, dan lingkungan dari negara tertentu di luar keterbatasan ruang kelas. Program ini dapat dimanfaatkan untuk memahami konteks lokal dari negara yang menjadi tujuan “Trek”. Perjalanan ini turut berfungsi sebagai wadah pertukaran budaya dan pendidikan untuk memperluas pemahaman dan menantang pemikiran tentang negara tersebut yang sudah terbentuk sebelumnya.
 
Program ini diselenggarakan oleh organisasi-organisasi mahasiswa di Columbia University ke negara yang dianggap relevan bagi organisasi penyelenggaranya sehingga program ini juga dilaksanakan di beberapa negara lainnya. Untuk Indonesia, ini adalah kali pertama penyelenggaraan Trek. Selain dengan Mendikbudristek, mereka telah dijadwalkan untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Pemuda dan Olahraga, Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta, dan  Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia. Pada kesempatan ini, rombongan akan mengunjungi tiga kota di Indonesia yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Bali untuk bertemu dengan beberapa pejabat pemerintah dan mengunjungi beberapa tempat wisata di kota-kota tersebut serta mempelajari kekayaan warisan budaya di Indonesia. (Penulis: Tata BKHM/Editor: Denty A.)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 830 kali