Kurikulum Merdeka Bantu Kepala Sekolah dan Guru Wujudkan Visi Sekolah  24 April 2024  ← Back



Pangkalpinang, 24 April 2024 – SMA Negeri 4 Pangkalpinang meyakini bahwa fitrah penciptaan setiap anak adalah unik dan beragam. Bagi sekolah yang berada di perbatasan daerah tersebut menghadirkan pembelajaran menyenangkan pada murid dengan memetakan potensi dan keragaman peserta didik, mengutamakan adab, dan menjadikan ekstrakurikuler sebagai salah satu kunci pembelajaran merupakan hal yang mutlak dilakukan.

Dengan adanya Kurikulum Merdeka, sekolah tersebut merasa menemukan wadah yang sesuai dengan kondisi lingkungan serta visi dan misi sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Sekolah dan Guru SMAN 4 Pangkalpinang kepada Iwan Syahril selaku Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), saat mengunjungi sekolah tersebut, Selasa (23/4).

Perubahan yang dilakukan SMA Negeri 4 Pangkalpinang diapresiasi oleh Iwan Syahril. Iwan mengungkapkan, bahwa Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar memang bertujuan untuk menyelesaikan masalah krisis Pembelajaran.  

“Filosofi dari Merdeka Belajar berangkat dari Ki Hajar Dewantara, kita perkuat dengan konteks hari ini, salah satunya pendidikan yang berpihak kepada anak. Melalui Kurikulum Merdeka kita dorong kesadaran bahwa belajar tidak mesti di dalam kelas, seperti filosofi ‘Alam Takambang jadi Guru,” kata Iwan mengapresiasi SMAN 4 Pangkalpinang yang sudah dua tahun menjalankan Kurikulum Merdeka.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala SMAN 4 Pangkalpinang, Siti Rofiqoh, mengungkapkan bahwa kondisi lingkungan dan pola pikir dari warga sekolah yang berada di daerah pinggiran kota berbeda dengan sekolah di tengah kota. Murid-murid di sekolah sangat beragam latar belakang sosial-ekonomi dan lebih menonjol di bidang nonakademik dibandingkan akademik. Peluang inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk membuat terobosan dengan mendorong murid untuk melakukan lebih banyak kegiatan kreatif dan tidak memaksakan diri untuk mengejar ranah akademik.

“Setelah dilakukan asesmen awal pada kelas 10, kami melihat asesmen bakat dan minat anak-anak di sini menonjol di ranah non-akademik. Kami berpikir bagaimana memfasilitasi bakat dan minat mereka, mulai dengan mengelompokkan peminatan mata pelajaran dan memperbanyak ekstrakurikuler sesuai kebutuhan murid, agar tidak salah arah. Kami juga melibatkan orang tua dalam merencanakan pendidikan dan masa depan anak sejak kelas 10,” terang Siti.

Ia menambahkan bahwa kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka sangat sesuai dan dapat memfasilitasi SMAN 4 Pangkalpinang untuk menjadi sekolah yang mempunyai ciri dan kepribadian sendiri. Hal tersebut, terang Siti, terlihat dari proses pembelajaran dan hasil produk P5 yang bertema kearifan lokal yang telah membuat peserta didik lebih menikmati pembelajaran dan menghasilkan karya tari dan batik dengan ciri khas kearifan lokal.

“Dalam salah satu P5 kami menghasilkan tari penyambutan untuk menyambut tamu-tamu khusus. Ini dimulai dari kami meminta masing-masing kelas menggarap musik dan tari penyambutan, proses dan hasil yang terbaik akan digunakan sekolah untuk menyambut tamu. Selendang batik yang kami kalungkan untuk tamu juga merupakan hasil dari P5,” terang Siti seraya menyampaikan bahwa tarian yang sempat disaksikan Dirjen PAUD Dikdasmen merupakan hasil garapan murid dan guru SMAN 4 Pangkalpinang.

Siti juga menjelaskan bahwa proses belajar melalui P5 telah menghasilkan proses pembelajaran aktif dan melibatkan peserta didik. Selain itu dari P5 tersebut, sekolah memiliki standar operasional prosedur (SOP) bagi penyambutan tamu sekolahnya dengan bercirikan kearifan lokal. Setiap kegiatan, setiap penyelenggaraan acara, terdapat rangkaian aturan yang merupakan hasil karya dari P5. Selain itu, dukungan dari Pemerintah Daerah untuk menjadikan SMAN 4 menonjol di bidang kreatifitas, juga adalah energi bagi sekolah tersebut untuk terus melakukan inovasi dalam penerapan Kurikulum Merdeka.

“Karena kita tahu yang menonjol dari murid-murid sekolah di sini adalah kreativitasnya. Melalui kegiatan P5 kami juga melakukan kolaborasi dan bergotong royong dengan pemerintahan daerah, untuk mengarahkan wilayah sekitar sekolah, yaitu Selindung, untuk menjadi kota kreatif. Karena kami tahu penerapan Kurikulum Merdeka ini tidak bisa dilakukan sendiri, sehingga kami berkolaborasi dengan banyak pihak,” kata Siti.

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 4 Pangkalpinang yang juga merupakan seorang Calon Guru Penggerak, Eldawati, mengungkapkan bahwa banyak perubahan yang sudah terjadi di sekolah tersebut sejak diterapkannya Kurikulum Merdeka. Hal pertama yang paling menonjol adalah tidak memaksakan anak untuk dapat menguasai semua mata pelajaran. Ia mengungkapkan sebelum menggunakan Kurikulum Merdeka sekolah dituntut mendongkrak nilai akademik setiap anak tanpa terkecuali.

“Penerapan Kurikulum Merdeka memberikan kesadaran bahwa setiap anak itu cerdas, berbakat, dan istimewa di bidang mereka masing-masing. Misalnya, ada murid kami yang yang menjadi atlet, kami fokus pada potensi anak tersebut tapi tidak menuntut nilai akademik baik. Kini tidak ada lagi guru otoriter, memaksakan kehendak pada anak, tidak ada juga guru menghukum anak,” terang Elda.

Ia mengakui bahwa sebagian besar murid di sekolahnya datang dari latar sosial ekonomi beragam. Tantangan pertama adalah ketika ingin mengubah cara pandang murid-murid tersebut agar dapat percaya diri dengan kemampuan mereka, meskipun dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Elda menilai bahwa Kurikulum Merdeka telah memfasilitasi keragaman ini, dengan memberikan kesadaran pada semua, bahwa semua proses di luar kelas juga adalah belajar.

Elda menjelaskan, selain perubahan cara pandang, kolaborasi, dan keterbukaan, Kepala sekolah juga sangat mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. Mulai dari awal mengadopsi Kurikulum Merdeka, kepala sekolah mengundang kepala sekolah yang telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sehingga para guru mendapat pemahaman yang baik. Kepala sekolah juga mendorong guru untuk belajar ke tempat lain yang sudah melakukan praktik baik. Berbagai upaya berbuah manis karena kini sekolahnya juga menjadi sister school dengan SMA Negeri 5 Yogyakarta.

Tidak ada Superman, Tapi Super Team

Terkait dengan dukungan warga sekolah untuk melakukan perubahan di sekolah menurut Siti Rofiqoh, memang menjadi tantangan utama dalam mendorong terjadinya perubahan. Siti mengungkapkan dibutuhkan dukungan penuh juga dari semua pihak untuk memberikan keleluasan bagi para guru untuk menentukan visi dan misi sekolah.

“Jika dibandingkan sekolah lain, sebelum adanya sistem zonasi, sekolah kami ini jauh sekali tertinggal secara akademik. Tapi kini perubahannya sangat pesat. Ini karena dukungan semua guru yang ingin melakukan perubahan. Di sekolah kami tidak ada ‘Superman’, tapi ‘Superteam’, dan dengan solidaritas selalu ada jalan keluar dari setiap persoalan dengan syarat komunikasi dan koordinasi,” terang Siti.

Sebagai penutup, Dirjen Iwan mengajak agar warga sekolah di SMAN 4 Pangkalpinang dan sekolah-sekolah lain agar terus bergerak melakukan inovasi melalui Kurikulum Merdeka. Menurutnya, yang dilakukan SMAN 4 Pangkalpinang ini sudah sangat baik dengan memanfaatkan keunikan murid dan kekhasan lingkungan di sekitar sekolah sebagai kekuatan.

"Kita lihat contoh pendidikan Finlandia, mereka sudah banting setir, pada 2016 mereka menerapkan Phenomenon Based Learning yang merupakan model pembelajaran berdasarkan pada peristiwa nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak dilatih menganalisis, berpikir kritis, menyelesaikan masalah sehingga menciptakan sumber daya manusia yang lebih didorong ke pengembangan softskill mereka,” tegas Iwan. (Tim Ditjen PDM / Editor: Rayhan, Denty)





Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar
#KurikulumMerdeka

Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 117/sipers/A6/IV/2024

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 207 kali