Pemelajar Bahasa Indonesia Meningkat, KBRI Kirim Guru Bantu ke Sekolah di Melbourne  19 April 2024  ← Back



Melbourne, KemendikbudristekJumlah pemelajar bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik di Huntingtower School, Melbourne, Australia. Pelajaran bahasa Indonesia di sekolah ini diajarkan mulai dari kelas 3 sampai kelas 11, sementara jumlah guru bahasa Indonesia di sekolah ada tiga orang. Sehingga dibutuhkan pengajar tambahan untuk bisa mengelola siswa yang semakin banyak, khususnya untuk membantu para siswa berlatih percakapan dalam bahasa Indonesia.
 
Untuk merespons perkembangan jumlah pemelajar bahasa Indonesia yang positif ini, KBRI Canberra bekerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengirimkan guru bantu ke sekolah Huntingtower pada triwulan kedua tahun 2024. Hal tersebut disampaikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) dalam kunjungan kerja KBRI Canberra, Mukhamad Najib, ke Huntingtower School pada Kamis, (18/4).
 
Najib menyampaikan bahwa dalam dua tahun terakhir ini KBRI Canberra telah memfasilitasi pengiriman guru bantu bahasa Indonesia ke sekolah dan universitas di Australia yang membutuhkan. Melihat minat yang tinggi dari sekolah terhadap keberadaan guru bantu, maka program pengiriman guru bantu lebih digencarkan lagi. Najib mengaku telah mendapatkan dukungan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek serta beberapa uinversitas di Indonesia untuk pengiriman guru bantu ke sekolah-sekolah Australia.
 
“Pada tahun 2024 kami menargetkan ada sekitar 40 orang guru bantu bahasa Indonesia yang dapat dikirim ke sekolah-sekolah di Australia. Pada triwulan kedua ini kami mengirimkan 7 orang guru bantu ke empat sekolah, yaitu tiga sekolah di Canberra dan satu sekolah di Melbourne,” jelas Najib.
 
Kantor Atdikbud KBRI Canberra sedang dalam proses finalisasi perjanjian kerja sama pengiriman guru bantu dengan pemerintah Australian Capital Territory dan Northern Territory. Jika penandatanganan perjanjian sudah dilakukan, maka akan lebih banyak lagi guru bantu yang dapat dikirim.
 
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Australia, Siswo Pramono, menyampaikan apresiasinya kepada sekolah Huntingtower yang telah menjaga dan mengembangkan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. “Kami berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada Huntingtower School atas komitmennya dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada para siswa. Pelajaran bahasa Indonesia akan memberikan manfaat kepada para siswa Australia untuk lebih mengenal tetangga dekatnya,” jelas Siswo.
 
Dubes Siswo berjanji akan memberikan dukungan maksimal kepada sekolah-sekolah yang memiliki komitmen tinggi dalam mengajarkan bahasa Indonesia. “Dengan adanya guru bantu dari Indonesia, para siswa dapat belajar dan berkomunikasi langsung dengan penutur asli bahasa Indonesia, tentu hal ini akan dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap bahasa Indonesia,” jelas Siswo.
 
Sekolah Huntingtower mengaku gembira dengan dukungan KBRI Canberra dan KJRI Melbourne dalam penguatan program bahasa Indonesia. Menurut kepala sekolah, Shan Christensen, perkembangan pelajaran Bahasa Indonesia di Huntingtower sangat baik. Hal tersebut antara lain disebabkan karena sekolah memiliki guru bahasa Indonesia yang sangat aktif dan banyak program kreatif yang dapat menarik minat siswa untuk belajar Indonesia. Mengajak para siswa ke Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh guru selama ini, menurut Shan, dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
 
Guru bahasa Indonesia di Huntingtower, Tata Survi, menjelaskan ada sekitar 400 siswa yang belajar bahasa Indonesia di sekolahnya. Meskipun pada kelas 12 tidak lagi mengikuti pelajaran bahasa Indonesia, para siswa tetap berusaha menggunakan bahasa Indonesia di sekolah, khususnya ketika bertemu dengan guru bahasa Indonesia.
 
Menurut Tata, siswa Huntingtower sudah beberapa kali mendapatkan nilai tertinggi dalam bahasa Indonesia di negara bagian Victoria. Hal ini telah menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi sekolah. (Mukhamad Najib / Editor: Aline, Stephanie W., Denty A.)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 640 kali