Mimpi Sejak Kecil dan Kemauan Kuat Menjadi Resep Naufal Terima BIM dan Banjir Prestasi 05 Juni 2024 ← Back
Karawang, Kemedikbudristek — “Man Jadda Wajada, barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya. Moto ini adalah prinsip yang saya gunakan untuk mencapai sesuatu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sekali gagal coba lagi, dua kali gagal coba lagi, tiga kali gagal coba lagi, dan seterusnya,” ucap Naufal Badi Alam, penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM).
Naufal merupakan alumni SMA Sains Wahid Hasyim, Yogyakarta. Ketika ditanya mengenai cita-citanya, Naufal dengan semangat menceritakan keinginannya menjadi urban planner. Ia berkeinginan menjadi perancang dan pengembang kota yang berkelanjutan dengan mengutamakan pembangunan green building. Ia berharap dapat mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.
Sejak kecil, Naufal berkeinginan untuk belajar di luar negeri. Ia ingin memperluas pandangannya dan merasakan pengalaman baru. Kemudian, ketika kembali ke Indonesia ia akan mengimplementasikan ilmu yang telah ia dapatkan. Ia terinspirasi untuk memiliki pemikiran tersebut dari buku-buku yang mengisahkan kehidupan kuliah di luar negeri, salah satunya buku Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. “Dari situlah, saya terinspirasi untuk tumbuh dan ingin mencapai itu. Saya membuat langkah-langkah kecil untuk mencapainya,” ujar Naufal.
Semasa sekolah, ia aktif mengikuti berbagai kompetisi penelitian dan inovasi di tingkat nasional dan internasional. Di antara banyaknya kompetisi yang diikuti, beberapa di antaranya membuahkan prestasi, seperti medali emas Indonesian International Applied Science Competition oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember, medali perak World Youth Invention and Innovation Award oleh Institut Pertanian Bogor dan Universitas Sarjanawiyata, medali perunggu International Greenwich Olympiad oleh North London Grammar School, medali perak Asean Innovative Science, Environmental, & Entrepreneur Fair diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro, medali emas National Applied Science Project Olympiad diselenggarakan oleh ITS, dan mendapatkan penghargaan spesial berupa Yayasan Prestasi Pendidik Indonesia Special Award.
Selain itu, Naufal juga aktif berorganisasi dan berkegiatan sosial. “Saya menjadi ketua kepengurusan santri di Pondok Pesantren Wahid Hasyim berupa mengurusi SMP dan SMA. Di sisi lain, saya juga memiliki prestasi nonakademik di luar sekolah, yaitu High School Ambassador by Students Catalyst and StartNow dan Duta Pelajar Teladan Bangsa di Jambore. Pelajar Teladan Bangsa diselenggarakan oleh Maarif Institute,” ungkapnya.
Tak hanya sampai di situ, Naufal bercerita ia sempat menjadi pengajar Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di lingkungan pondok pesantren. Dari sana muncul ide bersama teman-temannya untuk membuat proyek organisasi penelitian, The Leader of Research and Innovation yang giat melakukan riset di lingkungan Kabupaten Sleman. “Dalam jangkauan yang lebih luas, saya juga berpartisipasi dalam meluaskan banyak projek di berbagai forum nasional, seperti Indonesia Youth Transformation Summit dari Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) bekerja sama dengan Puspresnas dan Jambore Pelajar Teladan Bangsa,” tambahnya.
Di balik deretan prestasi yang dimiliki, Naufal bercerita telah mengalami banyak kegagalan. “Banyak kegagalan sudah saya lalui, seperti kalah dalam perlombaan hingga gagal mendapatkan Beasiswa Imam Hatip, yaitu SMA di Turki. Memasuki SMA, saya berusaha lebih keras lagi, terlibat lebih aktif dalam banyak perlombaan inovasi dan prestasi pertama saya adalah medali emas National Applied Science Project Olympiad, ” ujarnya.
Naufal selalu mengingat kalimat dari K.H Imam Zarkasyi, ‘Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti’, yang ditempel di tembok sekolahnya. Menurut Naufal, generasi muda yang baik haruslah terus menuntut ilmu dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan. “Dan kehidupan belajar dan bermanfaat juga tercermin dalam perkataan Ki Hajar Dewantara, yaitu ‘Memayu hayuning sariro, memayu hayuning bangsa, memayu hayuning bastara’ yang bermakna, ‘Apapun yang dapat diperbuat oleh seseorang itu hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya’,” kata Naufal. Kedua kalimat motivasi inilah yang memicu semangat Naufal untuk terus haus dalam meraih prestasi serta bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Terkait dengan rencananya setelah mendapat beasiswa, Naufal berencana mendalami topik sustainable construction di negara tujuannya serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan dan organisasi yang mendukung perbaikan lingkungan. Ia juga berencana untuk membentuk platform ‘Ubah Kota’, yang nantinya akan mengajak generasi muda Indonesia agar peduli dengan pentingnya ruang publik hijau dan green building di masyarakat. Ia menyampaikan ide ini lahir dari keprihatinannya terhadap lingkungan rumahnya di Karawang yang hanya memiliki sedikit lingkungan hijau dan ruang publik, akibat dari masifnya pembangunan kawasan industri.
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, Naufal menceritakan program Merdeka Belajar yang menurutnya merupakan terobosan yang relevan dengan zaman kini. “Inovasi kebebasan memilih mata pelajaran dan fleksibilitas kurikulum yang diadopsi sekolah merupakan suatu inovasi yang cemerlang. Ini mendorong siswa untuk mendalami bidang yang mereka sukai. Selain itu, Project Based Learning merupakan satu program yang paling saya suka dan harus terus dilanjutkan, program ini mendorong siswa untuk terlibat langsung belajar secara praktik,” katanya. Ia juga menyampaikan berkat Merdeka Belajar ia dapat mengeksplor keterampilan nonteknis, seperti kolaborasi, kepemimpinan, kerja tim, dan komunikasi.
Menutup sesi wawancara, Naufal membagikan pesan motivasi untuk generasi muda agar semangat memperjuangkan pendidikannya. “Temukan potensimu, percaya dengan dirimu, dan hiraukan cemoohan orang lain. Di masa muda, yuk, habiskan waktu dengan mencoba, yuk, habiskan waktu dengan kegagalan, dan yuk, habiskan waktu untuk belajar. Dengan begitu, insyaallah kita bisa menjadi pribadi yang bermanfaat untuk masyarakat. Selain itu, penting untuk percaya pada diri kita sendiri dan menghiraukan omongan orang lain. Jangan menyamakan standar diri kita dengan orang lain karena setiap orang memiliki waktu mulai dan sukses yang berbeda-beda,” pesan Naufal. (Penulis: Alya Chantika Jelita Putri/Editor: Safira Ramadhani, Denty A.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1005 kali
Editor :
Dilihat 1005 kali