Sederet Praktik Baik Penerima Manfaat PembaTIK dan Kihajar STEM 15 Juni 2024 ← Back
Jakarta, 15 Juni 2024 — Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) dan Kita Harus Belajar (Kihajar) STEM kembali diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun ini. Berbagai praktik baik telah dirasakan oleh penerima manfaat baik peserta didik maupun pendidik dalam dalam memanfaatkan platform teknologi yang dikembangkan oleh Kemendikbduristek, sekaligus wujud implementasi Kurikulum Merdeka.
Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, mengatakan bahwa PembaTIK dan Kihajar STEM merupakan dua contoh platform teknologi yang menjadi wadah bagi guru dan murid untuk meningkatkan kemampuan TIK, khususnya dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
“PembaTIK mengajak para guru untuk terus gemar belajar, melakukan refleksi, berkolaborasi, dan berbagi demi menciptakan sekolah yang kita cita-citakan. Dan Kihajar STEM merupakan upaya Kemendikbudristek dalam meningkatkan ketrampilan abad 21 yang meliputi kemampuan gotong royong, berkomunikasi dengan baik, dan berfikir kritis,” ucapnya dalam peluncuran PembaTIK dan Kihajar STEM 2024, yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube Kemendikbud RI dan Televisi Edukasi, Kamis (13/6).
Nadiem menegaskan, PembaTIK akan menghasilkan para Duta Teknologi yang mampu menyebarkan luaskan manfaat teknologi dan menghasilkan banyak inovasi pembelajaran. Selain itu, Kihajar STEM diharapkan akan melahirkan generasi Pelajar Pancasila yang berdaya saing global.
“Duta Teknologi dan Pelajar Pancasila merupakan aset Indonesia untuk melangkah ke masa depan,” pungkasnya.
Dalam acara Peluncuran PembaTIK dan Kihajar STEM 2024, terdapat sejumlah penerima manfaat dari kedua platform tersebut. Diantaranya adalah Lintang Geni Syithini, siswi SD Unggulan Al-Ya’lu, Malang Jawa Timur, sekaligus peraih Juara Umum Kihajar STEM 2023. Ia menceritakan proyek yang dikerjakannya dalam Kihajar STEM 2023, bernama Kompor Biomassa Super Hemat Tanpa Asap (Kobdi Permata).
“Proyek kami dilatarbelakangi oleh kondisi sekitar sekolah dari sampah hutan bambu yang dihasilkan dari pencegahan polusi suara dan udara, serta penggunaan gas elpiji dalam memasak makanan untuk murid, guru, dan pegawai sekolah. Dari kedua masalah tersebut, kami membuat proyek dengan mendaur ulang sampah bambu menjadi pelet bahan bakar kompor, dan membuat kompor biomassa tanpa asap,” ungkap Lintang.
Lintang menambahkan, proyek tersebut juga dapat dilakukan oleh masyarakat karena bahan yang digunakan mudah didapatkan dan ekonomis. “Bahan untuk membuat kompor tersebut mudah didapatkan dan ekonomis, seperti streoform, pipa, dan kaleng bekas, dari bahan tersebut jika ditotal hanya Rp. 125.000. Selain itu, dari daur ulang sampah bambu kami dapat menghemat kurang lebih 90 juta per tahun untuk pembelian gas elpiji,” pungkasnya.
Selain itu, Nurhamzah, siswa SMA Negeri 9 Padang, dan juga Juara Umum Kihajar STEM 2023, menceritakan proyeknya dalam Kihajar STEM 2023. Dalam ajang tersebut, ia membuat proyek bernama Teknologi Antisipasi Banjir (Tajir), alat tersebut terdiri dari komponen sensor sebagai pendeteksi dan komponen lainnya yang berfungsi sebagai alat antisipasi banjir.
“Alat yang kami buat ini sudah terintegrasi oleh Internet of Things (IoT) yang dapat dikoneksikan ke smartphone dan menghasilkan notifikasi pemberitahuan jika terjadi banjir. Serta terdapat komponen yang bernama relay yang dapat memutus aliran listrik saat terjadi banjir,” ujar Nurhamzah.
Nurhamzah menambahkan, proyek ini dilatarbelakangi oleh pengalamannya di sekolah saat terjadi banjir dan tempat tinggalnya di Kota Padang yang sering dilanda banjir saat musim hujan. “Dalam merancang dan menyelesaikan proyek, penting bagi kita memiliki ketrampilan kolaborasi, komunikasi, kreatif, dan berfikir kritis (4C). Dari 4C, segala permasalahan dapat terselesaikan dan menemukan solusi yang membuka ide-ide baru,” pungkasnya.
Selanjutnya, penerima manfaat PembaTIK, Anugrah Isromi, Duta Teknologi tahun 2023 asal Kalimantan Barat, mengatakan bahwa antusiasme para guru di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dalam pendaftaran PembaTIK mengalami peningkatan setiap tahunnya. Khusus tahun 2004, Anugrah menyebut banyak para guru yang menghubunginya dan bertanya perihal pendaftaran PembaTIK 2024.
“Animo para pendidik di Kalimantan Barat sangat tinggi menantikan pendaftaran PembaTIK 2024, banyak komunitas belajar yang menanyakan berbagai tips agar dapat mengikuti PembaTIK dengan baik,” imbuh Anugrah.
Anugrah menambahkan, sebagai Duta Teknologi dan pendidik ia terus beradaptasi dan belajar mengikuti perkembangan teknologi. Dari hasil adaptasi dan belajarnya tersebut, Anugrah mengimplementasikan hasilnya ke dalam metode pembelajaran. “Sebaik-baiknya kita beradaptasi dan belajar, akan menghasilkan dampak jika terus diimplementasikan,” pungkasnya.
Para Duta Teknologi lainnya, Lidya Ardiani, Duta Teknologi tahun 2020 asal Sumatera Utara, menuturkan bahwa antusiasme para pendidik di Sumatera Utara dalam mendaftar PembaTIK 2024 sangat baik. Para guru tersebut mencari informasi dari berbagai sumber untuk mempersiapkan diri dalam PembaTIK 2024.
“Saya bersama guru lainnya menggandeng Balai Besar Guru Penggerak dan Dinas Pendidikan untuk mendorong para guru Provinsi Sumatera Utara dapat berpartisipasi di PembaTIK 2024 dan Kihajar STEM untuk peserta didik. Besar harapan kami Prov. Sumatera Utara menjadi peserta terbanyak dalam dua platform tersebut,” ungkap Lidya.
Lidya menilai, kehadiran teknologi membawa banyak dampak positif dalam pembelajaran. Lebih dari itu, penggunaan teknologi sesuai kebutuhan akan terasa manfaatnya, khususnya bagi peserta didik.
Senada dengan Anugrah dan Lidya, Maria Gloria Gorety Watu Raka, Duta Teknologi tahun 2017 asal Nusa Tenggara Timur (NTT), mengatakan bahwa ia bersama duta teknologi lainnya di NTT siap menyukseskan PembaTIK dan Kihajar STEM 2024. Maria menyebut, ia dan para duta teknologi di NTT juga telah berkolaborasi dengan UPTD Teknologi dan Informasi NTT, Sahabat Rumah Belajar, Sahabat Teknologi untuk mendorong para guru lainnya untuk berpartisipasi dalam PembaTIK 2024.
“Dengan kondisi geografis NTT yang berkepulauan, tentu kami memiliki tantangan dalam jaringan internet. Semoga ke depannya akan ada perbaikan dalam jaringan tersebut, sehingga peran teknologi akan semakin terasa manfaatnya, khususnya pendidik dan peserta didik di NTT,” tutup Maria.