Akselerasi Riset dan Inovasi Perguruan Tinggi dengan Dana Padanan-Kedaireka 20 September 2024 ← Back
Jakarta, 19 September 2024 — Program Matching Fund atau Dana Padanan melalui platform Kedaireka merupakan jembatan kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri untuk menciptakan sinergi yang mendukung pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan pengembangan sumber daya manusia unggul, yang sejalan dengan prinsip Kampus Merdeka. Dengan mengintegrasikan riset dan inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dengan kebutuhan nyata industri, platform Kedaireka menjadi katalis bagi percepatan kemajuan bangsa.
Untuk mengakselerasi perkembangan kolaborasi inovasi nasional, Kedaireka membangun ekosistem kolaboratif yang tidak hanya melibatkan perguruan tinggi dan industri, tetapi juga sektor-sektor lainnya, termasuk pemerintah dan komunitas lokal. Melalui ekosistem ini, diharapkan lahir inovasi-inovasi yang mampu memberikan solusi nyata terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, baik di bidang teknologi, kesehatan, lingkungan, maupun sektor-sektor lain yang berdampak luas.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan bahwa program Dana Padanan melalui Kedaireka sangat relevan dengan visi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam menghasilkan produk-produk inovatif.
“Program Dana Padanan Kedaireka merupakan program yang sengaja dibentuk untuk mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri dengan visi Kemendikbudristek untuk menghasilkan produk-produk inovatif yang dapat diihilirkan dan kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Tjitjik dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertema “Akselerasi Riset dan Inovasi Kampus dengan Dana Padanan-Kedaireka”, pada Kamis, (19/9/2024).
Tjitjik menuturkan, program Dana Padanan Kedaireka merupakan program yang melibatkan insan pendidikan tinggi dengan industri, dan menjadi salah satu wadah bagi civitas akademika yang saat ini sudah melakukan berbagai inovasi namun belum tahu kelanjutan produk yang dibuatnya.
“Melalui program Dana Padanan, para insan dikti atau periset yang menghasilkan produk-produk siap dihilirkan, diberikan wadah melalui platform Kedaireka untuk berinteraksi dengan dunia industri atau lembaga yang siap menghilirkan produk-produk tersebut,” ujarnya. Tjitjik menambahkan bahwa produk-produk inovasi yang dibuat oleh para civitas dapat didaftarkan hak paten atau kekayaan intelektualnya sehingga berdampak di karier civitas academika tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Subbagian Tata Usaha Sekretariat Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek, Didi Rustam, menyampaikan proses program Dana Padanan Kedaireka saat dipasarkan.
“Kita datang door to door kepada mitra-mitra kita dari sisi pemerintah, baik itu pemerintah daerah maupun pusat, kemudian mitra industri yang di sektor swasta, lalu lembaga-lembaga penelitian ini kita datangi, kemudian kita kumpulkan dan kemudian kita sosialisasikan program ini,” ucap Didi.
Direktur Project Management Officer (PMO) Kedaireka, Matrissya Hermita, mengungkapkan bahwa program Dana Padanan merupakan bagian dari ekosistem Kedaireka yang bertujuan untuk mengakselerasi dan menjadi ajang kolaborasi antara perguruan tinggi dengan mitra Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk bekerja sama membentuk suatu reka cipta yang dihilirisasi.
“Dengan adanya program Dana Padanan ini diharapkan industri berkomitmen untuk berkolaborasi dengan insan perguruan tinggi melalui platform Kedaireka,” kata Matrissya.
Inovasi konkret dari program Dana Padanan Kedaireka disampaikan oleh Anindya Wirasatriya, penerima Professional Development Program (PDP) Akademik dari Universitas Diponegoro. Dengan menggunakan Dana Padanan melalui platform Kedaireka, Anindya berinovasi menciptakan Sistem Monitoring IoT dan Peramalan Air Laut Dingin (Si Aladin) yang bisa dimanfaatkan di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Alor memiliki fenomena air laut dingin yang terjadi di perairan Alor kecil. Fenomena air laut dingin merupakan aktivitas upwelling, yaitu pengadukan massa air dingin dasar laut yang naik ke permukaan, sehingga badan perairan terasa lebih dingin.
“Kami berinovasi membuat suatu sistem untuk bisa memonitoring secara real time agar dipantau suhunya termasuk meramalkan kejadian Alor, sehingga nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Alor dan sekitarnya. Kami, di tahun 2022 menggandeng partner dari Dinas Pariwisata Kabupaten Alor untuk bisa sama-sama memanfaatkan fenomena ini,” kata Anindya.
Alor merupakan kabupaten yang berbentuk kepulauan dan dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik. Anindya berharap Alor bisa menjadi destinasi wisata super prioritas yang ke-6 karena Alor memiliki fenomena air laut dingin yang merupakan satu-satunya di dunia.
Sementara itu, narasumber lain dalam webinar SMB, Yulisha Eva Oktaviani, merupakan inovator penerima program Dana Padanan Vokasi dari Politeknik Unggulan Kalimantan. Ia melakukan riset terhadap angka tengkes (stunting) yang ada di Kalimantan Selatan, terutama di Kabupaten Balangan. Inovasi yang dilakukan yaitu melakukan pemberdayaan masyarakat secara holistik dengan konsep kerangka screening, intervention, dan promotion.
Melalui program Dana Padanan Kedaireka, Kemendikbudristek berkomitmen untuk terus mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri. Kolaborasi ini diharapkan mampu memperkuat daya saing Indonesia di kancah global, serta mewujudkan kemitraan strategis yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi. Dengan inisiatif ini, diharapkan akan lahir lebih banyak inovasi yang tidak hanya mendukung perkembangan industri, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Kemendikbudristek optimis bahwa melalui program ini, kualitas riset dan inovasi di Indonesia akan semakin meningkat untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh masyarakat saat ini dan di masa depan. (Penulis: Tim Magang/Editor: Desliana Maulipaksi)
Untuk mengakselerasi perkembangan kolaborasi inovasi nasional, Kedaireka membangun ekosistem kolaboratif yang tidak hanya melibatkan perguruan tinggi dan industri, tetapi juga sektor-sektor lainnya, termasuk pemerintah dan komunitas lokal. Melalui ekosistem ini, diharapkan lahir inovasi-inovasi yang mampu memberikan solusi nyata terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, baik di bidang teknologi, kesehatan, lingkungan, maupun sektor-sektor lain yang berdampak luas.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan bahwa program Dana Padanan melalui Kedaireka sangat relevan dengan visi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam menghasilkan produk-produk inovatif.
“Program Dana Padanan Kedaireka merupakan program yang sengaja dibentuk untuk mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri dengan visi Kemendikbudristek untuk menghasilkan produk-produk inovatif yang dapat diihilirkan dan kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Tjitjik dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertema “Akselerasi Riset dan Inovasi Kampus dengan Dana Padanan-Kedaireka”, pada Kamis, (19/9/2024).
Tjitjik menuturkan, program Dana Padanan Kedaireka merupakan program yang melibatkan insan pendidikan tinggi dengan industri, dan menjadi salah satu wadah bagi civitas akademika yang saat ini sudah melakukan berbagai inovasi namun belum tahu kelanjutan produk yang dibuatnya.
“Melalui program Dana Padanan, para insan dikti atau periset yang menghasilkan produk-produk siap dihilirkan, diberikan wadah melalui platform Kedaireka untuk berinteraksi dengan dunia industri atau lembaga yang siap menghilirkan produk-produk tersebut,” ujarnya. Tjitjik menambahkan bahwa produk-produk inovasi yang dibuat oleh para civitas dapat didaftarkan hak paten atau kekayaan intelektualnya sehingga berdampak di karier civitas academika tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Subbagian Tata Usaha Sekretariat Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek, Didi Rustam, menyampaikan proses program Dana Padanan Kedaireka saat dipasarkan.
“Kita datang door to door kepada mitra-mitra kita dari sisi pemerintah, baik itu pemerintah daerah maupun pusat, kemudian mitra industri yang di sektor swasta, lalu lembaga-lembaga penelitian ini kita datangi, kemudian kita kumpulkan dan kemudian kita sosialisasikan program ini,” ucap Didi.
Direktur Project Management Officer (PMO) Kedaireka, Matrissya Hermita, mengungkapkan bahwa program Dana Padanan merupakan bagian dari ekosistem Kedaireka yang bertujuan untuk mengakselerasi dan menjadi ajang kolaborasi antara perguruan tinggi dengan mitra Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk bekerja sama membentuk suatu reka cipta yang dihilirisasi.
“Dengan adanya program Dana Padanan ini diharapkan industri berkomitmen untuk berkolaborasi dengan insan perguruan tinggi melalui platform Kedaireka,” kata Matrissya.
Inovasi konkret dari program Dana Padanan Kedaireka disampaikan oleh Anindya Wirasatriya, penerima Professional Development Program (PDP) Akademik dari Universitas Diponegoro. Dengan menggunakan Dana Padanan melalui platform Kedaireka, Anindya berinovasi menciptakan Sistem Monitoring IoT dan Peramalan Air Laut Dingin (Si Aladin) yang bisa dimanfaatkan di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Alor memiliki fenomena air laut dingin yang terjadi di perairan Alor kecil. Fenomena air laut dingin merupakan aktivitas upwelling, yaitu pengadukan massa air dingin dasar laut yang naik ke permukaan, sehingga badan perairan terasa lebih dingin.
“Kami berinovasi membuat suatu sistem untuk bisa memonitoring secara real time agar dipantau suhunya termasuk meramalkan kejadian Alor, sehingga nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Alor dan sekitarnya. Kami, di tahun 2022 menggandeng partner dari Dinas Pariwisata Kabupaten Alor untuk bisa sama-sama memanfaatkan fenomena ini,” kata Anindya.
Alor merupakan kabupaten yang berbentuk kepulauan dan dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik. Anindya berharap Alor bisa menjadi destinasi wisata super prioritas yang ke-6 karena Alor memiliki fenomena air laut dingin yang merupakan satu-satunya di dunia.
Sementara itu, narasumber lain dalam webinar SMB, Yulisha Eva Oktaviani, merupakan inovator penerima program Dana Padanan Vokasi dari Politeknik Unggulan Kalimantan. Ia melakukan riset terhadap angka tengkes (stunting) yang ada di Kalimantan Selatan, terutama di Kabupaten Balangan. Inovasi yang dilakukan yaitu melakukan pemberdayaan masyarakat secara holistik dengan konsep kerangka screening, intervention, dan promotion.
Melalui program Dana Padanan Kedaireka, Kemendikbudristek berkomitmen untuk terus mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri. Kolaborasi ini diharapkan mampu memperkuat daya saing Indonesia di kancah global, serta mewujudkan kemitraan strategis yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi. Dengan inisiatif ini, diharapkan akan lahir lebih banyak inovasi yang tidak hanya mendukung perkembangan industri, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Kemendikbudristek optimis bahwa melalui program ini, kualitas riset dan inovasi di Indonesia akan semakin meningkat untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh masyarakat saat ini dan di masa depan. (Penulis: Tim Magang/Editor: Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 613 kali
Editor :
Dilihat 613 kali