Pentingnya Kerja Sama dengan Industri, Salah Satu Komponen Revitalisasi SMK  19 Mei 2017  ← Back



Surakarta, Kemendikbud
--- Program Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah resmi diluncurkan pada Rabu, (17/5/2017), di Surakarta, Jawa Tengah. Aspek kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) menjadi salah satu komponen yang masuk fokus dalam Program Revitalisasi SMK. Empat komponen lain adalah kurikulum, pendidik, fasilitas, dan kualitas lulusan.
 
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud, Hamid Muhammad mengatakan, kerja sama antara SMK dengan lembaga lain atau dengan DUDI sebenarnya sudah dilakukan, tetapi belum intensif. "Perlunya intensitas lebih lanjut untuk merekatkan kembali kerja sama antarlembaga. Tidak mungkin lulusan SMK bisa diterima kerja jika tidak ada hubungan erat dengan industri," ujarnya saat peluncuran Program Revitalisasi SMK di Stadion Manahan, Surakarta, (17/5/2017).
 
Ia mengatakan, sesuai Instruksi Presiden No.9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, pemerintah ingin agar SMK benar-benar menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam dunia ketenagakerjaan, SMK menjadi pihak yang menyuplai tenaga kerja karena menghasilkan lulusan terampil yang siap langsung bekerja, sedangkan demand atau permintaan datang dari pihak DUDI.
 
"Makanya agar lulusan SMK betul-betul bisa diterima di dunia industri, harus ada upaya revitalisasi," kata Hamid. Ia menambahkan, kondisi saat ini, masih banyak lulusan SMK yang belum memenuhi standar kompetensi sesuai yang dibutuhkan DUDI.
 
Hal senada juga diungkapkan Sudrajat dari  PT Astra Daihatsu Motor, Divisi People Development and Training atau Pengembangan SDM dan Pelatihan. Ia mengatakan, lulusan SMK harus memiliki skill atau kompetensi untuk bisa bekerja di dunia industri. Kerja sama antara SMK dengan DUDI salah satunya bisa berupa pelatihan dari DUDI kepada SMK yang memiliki jurusan atau bidang keahlian sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
 
"Diharapkan dengan pelatihan dari industri, anak-anak SMK dapat mengetahui bagaimana kebutuhan di dunia industri," kata Sudrajat di Stadion Manahan, Surakarta, (18/5/2017). Di Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK tahun 2017, ia menjadi juri dari bidang industri untuk bidang lomba Automobile Repair.
 
Dikatakannya, Daihatsu Indonesia sudah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam hal pelatihan dan perekrutan tenaga kerja dari SMK. Dalam kerja sama itu, Kemendikbud memilih SMK-SMK untuk dijadikan sekolah binaan oleh Daihatsu. Selanjutnya Daihatsu memberikan pelatihan kepada siswa SMK tersebut, berupa hard skill (kompetensi) dan soft skill (karakter dan budaya kerja) yang dibutuhkan di dunia industri. Selain itu, Daihatsu juga melakukan audit dan evaluasi sendiri terhadap sekolah binaan mereka. "Jadi semacam akreditasi gitu. Kami melakukannya setahun sekali," tutur Sudrajat.
 
Ia menambahkan, setiap tahun Daihatsu juga melakukan perekrutan tenaga kerja dari SMK-SMK yang menjadi sekolah binaannya, maupun nonbinaan. Sekolah-sekolah tersebut diambil dari berbagai daerah dari Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Namun, dari hasil evaluasi, terlihat bahwa tenaga kerja yang berasal dari sekolah binaan kerja sama Daihatsu dengan Kemendikbud lebih memiliki kompetensi dan karakter yang baik dibandingkan lulusan SMK lain. Karena itu ia sangat mendukung peningkatan kerja sama antara SMK dengan dunia industri agar tenaga kerja yang diserap benar-benar sesuai dengan kebutuhan industri. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 12066 kali