Menghidupkan Kebudayaan dari Akar Rumput Melalui Pekan Kebudayaan Nasional 13 Februari 2019 ← Back
Depok, Kemendikbud --- Suksesnya penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia menjadi inspirasi dalam Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) tahun 2018 untuk menyelenggarakan kegiatan serupa dalam konteks kebudayaan. Dari kesadaran untuk menghidupkan gerakan kebudayaan di tingkat akar rumput, lalu berujung pada sebuah ide untuk menggelar Pekan Kebudayaan Nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun menindaklanjuti inspirasi yang muncul dalam KKI 2018 dan menerjemahkannya dengan konkret.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, salah satu pembahasan dalam KKI 2018 adalah mencari format kegiatan bersama yang bisa menjangkau banyak daerah dan memiliki pesona atau appeal bagi semua lapisan masyarakat. “Terus semua orang di dalam kongres waktu itu yang teringat adalah Asian Games, karena terasa gregetnya. Segera setelah itu kita lihat di mana-mana orang demam olahraga, main bulutangkis. Gairah itu yang kita tangkap. Kemudian muncul ide untuk menggelar Pekan Kebudayaan Nasional, belajar dari pengalaman Asian Games,” ujar Hilmar di sela-sela kegiatan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019 di Pusdiklat Kemendikbud, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019).
Pekan Kebudayaan Nasional merupakan serangkaian aktivitas berjenjang dari desa hingga pusat yang terdiri atas kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi, dan pergelaran karya budaya yang bertujuan membuka ruang interaksi budaya dalam rangka pelestarian budaya Indonesia. Kegiatan ini menjadi wujud implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan, yaitu menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif. Gelaran akbar kebudayaan tingkat nasional ini akan diselenggarakan pada Oktober 2019.
Hilmar menuturkan, Pekan Kebudayaan Nasional bukan kegiatan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud semata, melainkan kegiatan atas nama bangsa Indonesia. “Ini kegiatan Indonesia, sama seperti Asian Games, sebuah perhelatan besar. Kita ingin ada panitia sendiri yang mengelola, misalnya merekrut relawan (volunteer),” katanya. Dengan begitu, diharapkan Pekan Kebudayaan Nasional dapat memberikan dampak besar dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Setidaknya ada lima kegiatan utama dalam Pekan Kebudayaan Nasional, yaitu Kompetisi Daerah, Kompetisi Nasional, Konferensi Pemajuan Kebudayaan, Ekshibisi Kebudayaan, dan Pergelaran Karya Budaya Bangsa. Kompetisi Daerah merupakan kompetisi seni khas dari tiap provinsi di Indonesia. Kompetisi Nasional merupakan ajang kompetisi permainan tradisional yang dilaksanakan secara berjenjang, dari desa hingga ibukota. Terkait kompetisi permainan tradisional ini, Hilmar menjelaskan alasannya.
"Kita kan satu masyarakat yang memang senang bermain, karena karakter manusia Homo Ludens, jadi karakter yang melekat pada kita. Jadi elemen permainan itu kita coba tonjolkan. Kita anggap ini kombinasi yang bagus,” ujar Hilmar. Ia menambahkan, untuk Pekan Kebudayaan Nasional akan dicari permainan rakyat yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan, fasilitas, atau logistik yang rumit. Pada akhirnya, kegiatan bermain permainan tradisional akan mengasah dan mengembangkan permainan rakyat tersebut menjadi menarik dan menjadi perhatian publik. Apalagi, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, permainan tradisional termasuk dalam objek pemajuan kebudayaan.
Kemudian kegiatan Konferensi Pemajuan Kebudayaan akan menjadi ruang pencerahan publik yang bertujuan mempersiapkan perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan. Kegiatan Ekshibisi Kebudayaan akan menggelar pameran artefak-artefak kebudayaan, purwarupa teknologi pemajuan kebudayaan hasil inovasi dari Kemah Budaya Kaum Muda, dan karya-karya unggulan kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Terakhir, Pergelaran Karya Budaya Bangsa merupakan parade gelombang nusantara yang menggalang partisipasi pelaku budaya se-Indonesia. Beberapa pergelaran seni yang akan ditampilkan antara lain defile tarian tradisional, koreografi bela diri, dan rampak perkusi nusantara. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, salah satu pembahasan dalam KKI 2018 adalah mencari format kegiatan bersama yang bisa menjangkau banyak daerah dan memiliki pesona atau appeal bagi semua lapisan masyarakat. “Terus semua orang di dalam kongres waktu itu yang teringat adalah Asian Games, karena terasa gregetnya. Segera setelah itu kita lihat di mana-mana orang demam olahraga, main bulutangkis. Gairah itu yang kita tangkap. Kemudian muncul ide untuk menggelar Pekan Kebudayaan Nasional, belajar dari pengalaman Asian Games,” ujar Hilmar di sela-sela kegiatan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019 di Pusdiklat Kemendikbud, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019).
Pekan Kebudayaan Nasional merupakan serangkaian aktivitas berjenjang dari desa hingga pusat yang terdiri atas kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi, dan pergelaran karya budaya yang bertujuan membuka ruang interaksi budaya dalam rangka pelestarian budaya Indonesia. Kegiatan ini menjadi wujud implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan, yaitu menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif. Gelaran akbar kebudayaan tingkat nasional ini akan diselenggarakan pada Oktober 2019.
Hilmar menuturkan, Pekan Kebudayaan Nasional bukan kegiatan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud semata, melainkan kegiatan atas nama bangsa Indonesia. “Ini kegiatan Indonesia, sama seperti Asian Games, sebuah perhelatan besar. Kita ingin ada panitia sendiri yang mengelola, misalnya merekrut relawan (volunteer),” katanya. Dengan begitu, diharapkan Pekan Kebudayaan Nasional dapat memberikan dampak besar dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Setidaknya ada lima kegiatan utama dalam Pekan Kebudayaan Nasional, yaitu Kompetisi Daerah, Kompetisi Nasional, Konferensi Pemajuan Kebudayaan, Ekshibisi Kebudayaan, dan Pergelaran Karya Budaya Bangsa. Kompetisi Daerah merupakan kompetisi seni khas dari tiap provinsi di Indonesia. Kompetisi Nasional merupakan ajang kompetisi permainan tradisional yang dilaksanakan secara berjenjang, dari desa hingga ibukota. Terkait kompetisi permainan tradisional ini, Hilmar menjelaskan alasannya.
"Kita kan satu masyarakat yang memang senang bermain, karena karakter manusia Homo Ludens, jadi karakter yang melekat pada kita. Jadi elemen permainan itu kita coba tonjolkan. Kita anggap ini kombinasi yang bagus,” ujar Hilmar. Ia menambahkan, untuk Pekan Kebudayaan Nasional akan dicari permainan rakyat yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan, fasilitas, atau logistik yang rumit. Pada akhirnya, kegiatan bermain permainan tradisional akan mengasah dan mengembangkan permainan rakyat tersebut menjadi menarik dan menjadi perhatian publik. Apalagi, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, permainan tradisional termasuk dalam objek pemajuan kebudayaan.
Kemudian kegiatan Konferensi Pemajuan Kebudayaan akan menjadi ruang pencerahan publik yang bertujuan mempersiapkan perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan. Kegiatan Ekshibisi Kebudayaan akan menggelar pameran artefak-artefak kebudayaan, purwarupa teknologi pemajuan kebudayaan hasil inovasi dari Kemah Budaya Kaum Muda, dan karya-karya unggulan kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Terakhir, Pergelaran Karya Budaya Bangsa merupakan parade gelombang nusantara yang menggalang partisipasi pelaku budaya se-Indonesia. Beberapa pergelaran seni yang akan ditampilkan antara lain defile tarian tradisional, koreografi bela diri, dan rampak perkusi nusantara. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1618 kali
Editor :
Dilihat 1618 kali