Cerita Laskar Rempah, Menenun Laut Dari Dumai ( 29 Juni 2024, Dilihat 1022 kali . )
Namun, bandara itu tak pernah pendar, sebab panas tak peduli apa pun. Laki-laki kurus semampai itu sampai kota Dumai setelah perjalanan dua jam dari bandara. Melewati kawanan gajah yang melintas di sela-sela pohon sawit, pematang yang memakan berladang-ladang tanah di sepanjang tol Sumatera, Pekanbaru-Dumai. Kita kerapkali membuat lupa akan isu itu, sebab daun-daun menjuntai mencuci mata nampak indah. Mata Kanal, nama panggil lelaki itu memandang jauh cakrawala. Musim kering tak berlaku pada sawit. Lelaki berbadan langsing itu, terus berpikir. Pohon-pohon yang katanya menjadi kunci perekonomian kita banyak berdiri di samping tol dan tempat kawanan gajah. Beberapa kawanan itu mungkin terusir dari lahan. Beberapanya lagi liar dan dirawat. Dari kejauhan gajah besar dengan lelaki bertopi di samping tol menyapa kami. Mereka hanya melintas. Besar tubuh gajah dimanfaatkan untuk mengusir kawanan gajah liar lain yang dianggap mengganggu manusia yang bekerja di lahan sawit. Namun kita tak pernah tahu, sawit-sawit itu menyejahterakan masyarakat sekitar atau tidak.